: kepada abanganda M.R. Sihaloho
anakku...
daun jendela yang dulu kau tutup sebelum pergi kini telah berganti
yang tersisa hanya gorden lusuh yang setiap akhir ramadhan selalu ibu pasang dengan harapan kau pulang
membawa samudera cintamu yang telah menambat hatimu juga buah cinta kalian yang akan duduk di pangkuan ibu dengan kaki yang mulai lumpuh
di sepertiga malam ibu selalu bertanya dalam do'a: adakah kau pergi meninggalkan luka di tengah-tengah kami
anakku...
bentangan usia telah memutihkan rambut di kepala kami: ayah dan ibumu
yang selalu menoleh ke jalan raya di setiap bus yang berhenti kaulah yang mampir di gubuk reot ini
tapi senja yang mampir di pelupuk mata memaksa ibu senyum getir: ke manakah perginya buah cintaku yang kedua?
anakku...
hanya ada beberapa potret dirimu di dinding sebagai wakilmu di rumah ini beserta seribu kenangan masa kecilmu bersama saudara-saudaramu
tapi kejenuhan telah melemparkan hasrat ibu pada kenyataan
gorden lusuh yang ibu pasang setiap akhir ramadhan itu hanya melambai-lambai di mainkan angin
serupa memanggilimu untuk kembali
anakku...
jika bisa ibu berharap:
hapuskanlah segala luka yang kau bawa dari rumah ini
kembalilah walau hanya sekedar mampir untuk mendendangkan dengkurmu barang semalam
tiga ratus enam puluh hari jelajahilah duniamu
dan beri ibu waktu lima hari saja sebelum wajah berpaling ke dunia sana
dari tanah kelahiranku di tulis di Andam Dewi
Jum'at, 16 Mei 2014
Pukul 01.20 WIB
SAJAK SEORANG IBU YANG MERINDUKAN PUTRANYA SETELAH SEKIAN LAMA TIDAK KEMBALI
- 855 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru