" Salamku Padanya "
Mentari kembali lagi,
berseria embun pagi,
seakan semesta berdialog
dan menyampaikan sesuatu.
Pagi merekah, rindu membuncah
ingatanku tak kuasa berontak
luka dalam tanpa darah,
perih yang purba.
Jarak seringkali,
menjadi ibu dari sajak-sajak.
sebab dimata kita,
barangkali rindu adalah hujan
yang seringkali mengenang kepergianmu.
Dalam lelap maupun sadar
aku masih bisa memimpikanmu,
aku masih disini merindukanmu.
seperti halnya api melawan redup
rasanya sama saja
Dirimu dimana...
mengapa kau datang dengan segudang cinta,
kau sertakan pula sejuta harapan,
lantas mengapa, kau pergi
dan hanya meninggalkan luka..
mengapa??
Lantas bagaimna denga perih
yang meakan kata demi kata ini,
bagaimana dengan rindu,
yang sedang melilit tubuh ini
dan bagaimana pula dengan harapanku
yang masih terjebak dalam lubang ini..
Kata orang...
yang abadi itu adalah kata-kata.
maka, ku buatkan engkau dalam puisi
akar kehilangan yang tak pernah kembali.
Kriwul Coffe, 24, April, 2018
Komentar
Tulis komentar baru