Skip to Content

"Sang Pramuraga"

Foto Gama Ahmad D'Lovers

Buah manis hasil pemikiran : Atika Assegaf Fahar

 

Malam ini..

Bulan Remang-remang: Manja.

Senyum ranum nya harum

Kepak matanya palsu membiru

Pipi dan bibir delimanya menggelora asmara

 

Dengan sepatu sirkusnya ia melangkah

Kereta kencana berlencana nafsu menghantarkan nya

Menyusuri lorong-lorong gosong pabrik kertas

 

Setan, iblis, jin, dan peri merapal mantera

Di sudut gudang gedung yang bergandeng gendong

Di iringi  kerlap kerlip bila kedap kedip lampu ajaib

 

Jalanan kerikil dekil menggigil

Tiang-tiang panjang tegang telanjang

Sayup sayap asap gelap

Bintang terang kejang membentang

Bersaksi!

 

 

 

 

 

simata keranjang  bersandiwara

                            Mencumbu janda kembang berdarah perawan

                                             Bau kenanga kenangan penuh kepura-pura an

                                                                         Sekujur bujur dubur dikubur subur.

 

                                                                           Kala nafsu memuncak,

                  Dosa besar bertiup.

              Kala itu lah, Syahwat mengalahkan iman!

 

Lalu, ia memekik:

 

“Aku memang anak setan, aku juga kekasih setan,

aku pula ibu nya setan..

Tapi, Setan itu lah yang menghidupiku..”

 

 

“umur ku bertambah atas titik mani yang tertumpah…

dari angkara nafsu mereka:

Para pelajar, mahasiswa, tukang ikan, tukang parker, para pejabat, bupati, gubernur, dewan rakyat..

Dan, kau kata aku setan?”

 

“Ku rasa, aku adalah tuhan..

Mereka datang, berdoa pada selangkangan ku.

Lalu, mereka masuk..

Memainkan orchestra ranjang.

Mengelus-elus aku,Mendesah ria dalam senggama.

Dan, kau kata aku setan?”

 

 

“Apa kalian tahu?

Bila takdir kala itu?

Saat aku hanya gadis lugu dengan dada lebar…

Keperawananku direnggut!

Seorang pemuslihat yang mengaku ahli agama,

Yang bersumpah abdi pada tuhan….

Telah menelan dara ku!

                          Dan, kau kata aku setan?”

 

“lalu, para selirnya…

Yang mengaku beragama,

Yang berani melilitkan tuhan di kepalanya,

Menutupi gurat urat birahinya…

Juga sama setannya..”

 

 

“mereka hanya melakoninya karena tipu..

                 Tipu!

                                             Seolah mereka suci!

Padahal, mereka sudah menggadaikan diri,

              Pada kekasih setan mereka!

Dan, kau kata aku setan?”

 

“sudahlah, bung!

                   Jangan munafik!

                    Aku dan kau sama hinanya,

Sama sama pemuja birahi!”

                                             “makhluk yang meludahi hakikat kaumku,

                                              Makhluk yang rela bersenggama dengan tuhan,

                                                                          Saat purnama!

                                                                                          Dan dijadikan selir tuhan.

                                                               Matilah kau dalam senggama!”

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler