Skip to Content

Sawang-sinawang (Pandang-memandang)

Foto Endrow Noeh

Ternyata jejak kaki pun masih sawang,

Mengaliri sungai lembah kasih sinawang,

Tanpa ingat sadar dalam fikir,

Tentang siapa dan kemana?

; arah takdir menggilir.

 

Nyatanya pandang ini enggan berakhir,

Menyiksa sisa nurani yang berakal,

Kuliti keindahan sajak penyair,

Atas nama sumpah.Tiada dapat menyangkal,

Bahwasanya hitam dan putih melekat pekat;

Membiru haru diantara dua paru #Hati

 

Rupanya?! Nilai menyumur,

Dari asal tinggal bernama takabur,

Si pandang cundangi zaman demi abad romawi,

Idealis tanpa labuhi jajah paksa,

Hingga miskin berlaku kaya, dan..

Dan singkap Tanya. Tentang apa dan bagaimana?

; tubuh nasib dan tulang hidupnya.

 

Dirasa belum cukup, pandang pun menggelar,

Pentas penetasan tangis kurang berlebihan.

Biji mata pandang menyaksi…

Bersama sejajar buah kuping;

Dengar-dengar nyanyian pandang,

Maka hati merunding, dan menyimpul.

 

Atas nama pandang, pun isi kepala,

Perut tengkorak bermain-main,

# mencari jari,

Mencari tahu,

 Mencari nilai,

Mencari jawab, mencari diam,

Mancari,

Mencari-cari..

LALU salah siapa?

Ini salah apa?

 

Jika pandang beranggap salah,

Ternyata kebenaran mengaku raja,

Jika pandang menutur warna catur,

Ternyata Cuma permainan. Kuda,

# bias lompati pion-pion bahkan raja.

Lalu ini salah siapa?

(Pandangpun menghitung seribu diam)

Belum juga terdengar jawab.

 

Kemudian pandang yang lain bersorak,

Beramai-ramai mengepung,

Menyeru-nyeru “ kaulah pemikir”

Mengolok-olok tanpa rasa, tanpa sadar.

( Muka pandang pertama memerah jambu )

( Hati pandang pertama menanah luka )

( Biji mata pandang pertama menduka tangis )

Dialah. Memalu dirinya.

 

Saat renung pandang, diapun mengangkat ingat,

Tentang hukum sawang (pandang),

Oleh wejangan kakek moyang,

Dari ayah seorang bapak;

“ Ingatlah kelak Kau pasti jumpa,

Tentang keberadaan papan tanpa tulisan,

Juga adanya tulisan tanpa papan,

Tak perku kau silau pandang,”

“  Juga tentang sawang-sinawang.pandang-memandang,

Oleh hidup dengan separangkat kekurangan,

Dan seluruh tulus kelebihan,

Tak usah pandang awas.”

 

Dialah dzat bersarang dimana-mana,

Pun juga dihatimu,

Yang lebih pantas punyai hak,

Atas hukum sawang-sinawang. Pandang-memandang.

 

Dan sekian pandang meng-arti, memahami,

Mencintai dan melakukan.

 


Sawang-sinawang ialah kekuatan edifikasi.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler