Skip to Content

Sebuah Kisah

Foto Fanii Stefani

 

 

Jalanan itu tak bertepi, tapi tidak juga berujung.
Telah lama aku menunggunya mampir di berandaku,
seolah tak menduga,
kau menggiringnya bersamaku.

Di keramaian kota Yogyakarta,
Disebuah kediaman yang istimewa,
kau suguhkan kehadiranMu disana.

Melewati ruas-ruas aspal bersama rintik sore hari,
ketika itu,
aku malu-malu datang padamu.
pertanda aku adalah wanita biasa.
Jauh dari kata sempurna.

Kau pun enggan melirikkan mata,
gelisah sesaat menemaniku.
takut, gugup bahkan bimbang!

seluruh sendiku terasa retak,
dan berhamburan sepanjang jalan pringgondani.
dan kau..
kaulah penyebab segalanya.

sesungguhnya dua pandngan matamu,
mampu menembusi tujuh lapisan kulit terdalamKu.
inikah asal muasal rasa itu?
ataukah inilah yang dinamakan perasaan?
ibarat dunia tak seindah surga!

Atau semacam baper yang biasa dilontarkan!

sudahlah, aku hanya mengentahkan sesuatu yang tak jelas.
mungkinkah cinta?
Tapi bagaimana,
aku belum terlalu pantas menulis tentang cinta itu.

aku juga belum mengenal seperti apa cinta yang selalu dibanggakan dari teman-temanku.
lalu cinta seperti apa dari tatapan mataMu?
cinta seperti apa dari cara bicaramu?
cinta seperti apa dari perhatianmu?
dan cinta seperti apa pula dari hatimu?

Bisakah kau menjelaskannya padaku?

Adakah cinta itu seperti waktu yang berlalu,
dan meninggalkan kenangan.
ataukah cinta yang kau maksud itu adalah
cinta seperti aku dan kamu mencintai buku?

Aku pikir aku terjebak diarea ini!
tapi tolong bantu aku,
sebelum kau berlalu pergi,
tolong bantu aku mengingat kembali halaman terakhir yang
pernah kita labuhi bersama
dan setelah itu,

Aku akan menjawab seperti yang kau minta.
tapi cukup dengan pengecualian.
cukup kamu dan selembar tulisan kita
yang akan selalu kita baca bersama di alun-alun berikutnya.


Menulis Dari Hati

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler