Buat apa aku marah?
toh jalan ini tak berujung
untuk apa aku berharap pasrah?
pada pijakan rapuh yang kan sewaktu-waktu berpulang
lagipula, aku, kamu, kita sama
sebagian besar jasmani ini berupa cairan
tubuhmu, tubuhku, tubuh kita ini hanya menyisakan sedikit ruang bagi zat yang bukan cairan
maka kembali pada hakikat cairan
rasa yang mengendap dalam nadi kita
bisa menguap dan mengalir menjauh begitu saja
ketika suhu meningkat, dan rongga menurun menanti di depan sana
....
seperti itulah kita berdua
jika bukan engkau
suatu saat, akulah yang pada rasa dan asa itu
endapannya menguap, atau mengalir menjauh dari kita
....
dan hanya sebagian kecil dari raga
zat selain cairan tersisa
mencoba bertahan dalam ketakmungkinan
meski berpisahpun tak mungkin
Komentar
Tulis komentar baru