Skip to Content

Sebutir Mangga Sang Jenderal

Foto L Jhon DS
files/user/187/images_0.jpeg
images.jpeg

Pagi ini, tidak ada sebutir mangga di pohon yang kemarin ku datangi.
Rupanya yg kemarin mangga terakhir punya pohon ini.
Ada rasa sesal, cadangan makanan terakhir kepunyaannya kupetik paksa.
Bagaimana dia arungi jalan di musim kering bulan depan?
Itu satu-satunya terakhir pula dan baru kusadar berwarna emas menyala.

Itu mangga apa intan Martapura?
Tidak, itu memang sebutir mangga. Sebutir, untuk hidup semusim sebatang kayu.
Kalau dia layu diujung desa itu. Layu sebelum berbuah lagi. Atau mati tanpa mampu bertunas lagi.
Ulat pun akan datang melapukkannya dalam sekian hari.

Sungguh aku berdosa, membunuh nyawa pohon tak berdaya.
Tak bisa kukembalikan buahnya yang kupetik.
Sebutir mangga berwarna emas menyala itu pun, hilang entah kemana.
Dibuang? Ya, iya telah dibuang, ditendang, begitu saja hingga busuk.

Buruk, sungguh buruk nasibnya Tiada kira, dia kupisahkan dari pohonnya.
Membuat keduanya jadi hampa. Satu busuk, satu lagi menunggu mati.
Aahhh, aku tak pernah tahu, yang kuberi mangga itu malah begitu,
dia sungguh tak pakai pemukul kasur, ya memang dengan pisau dapur.

Bukan dia kupas, malah dia tusuk, dia cincang.

Kupikir dulu, saat dia tahu betapa nikmatnya sebutir mangga itu, akan dia rawat pohonnya.
Kini aku yang harus rawat pohon mangga itu, mudahan tidak layu dan mati
Itulah untungya aku ada di #Indonesia tak susah merawat mangga itu disini.
Tiada musim salju dan musim semi.
Ya, memang salju dan musim semi lebih menarik hati.
Tapi yg kubawa itu kan #Indonesia tempat sebutir mangga itu lahir di pohonnya.

Tapi kau harus tahu, sebutir mangga itu dapat hidup lagi.
Bahkan akan lebih berkilau dari warna emas.
Jauh dilubuk hatiku dari sejak kupetik yang sebutir itu, bahkan sejak dahulu sekali saat kau cerita tentangnya.
Aku percaya akan kata-katamu.

Ahhh,, aku tak peduli, biar mereka berkata hati-hati.
Biar saja, biar aku bahagia mengejar mimpi.
Aku tak kan lari.
Sembari merawat pohon mangga itu hingga berbuah lagi,
aku akan membisu, akan mengerti tanpa suara, akan terbuka dengan sederhana.

Entah sampai kapan. Itu bukan soal, rumahnya sudah kubangun, pagarnya sudah kurapikan.
Tinggal ditinggali.
Bila berbuah lagi, akan kuberi kau sebutir mangga lagi.
Jika kau buang lagi, akan terus kurawat pohonnya, terus kuberi kau buahnya.
Tiada lelah menghampiri. Ya, akan terus begitu sampai ku mati.
Sampai itu tiba, kan selalu kupetik buah mangga, hingga kau suka.
Bukan karena rasanya, bukan karena manis asamnya.
Bukan, bukan tentang rasa. Itu, itu tentang ketulusan, keyakinan, kepercayaan.
Hingga kita lengkapi segala perbedaan.
Jangan kau tanya mengapa begitu, pohon dan sebutir mangga itu yang ingatkan aku untuk mengerti dan sabar.
Karena aku jenderal, bukan sersan kemarin sore.


Karya: Lelaki Dalam Khayalan

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler