Skip to Content

SEGALA CINTA

Foto Jabrik

setelah senyum itu berakhir disudut kota yang pernah melukis wajahmu.. yang pernah mengisi malam dengan air mata.. sumpah.. bahkan dengan takdir yang akhirnya lenyap ketika pagi kembali dilahirkan dari rahim semesta dan membasuh sendiri tangisnya dengan keraguan..

lalu.. sebuah akhir yang merangkumnya berlalu meninggalkan cahaya yang tak berujung itu.. dan mungkin hanya matamu yang mampu menyaksikannya.. ujung yang mengantarmu untuk kembali menenun kain itu.. dan menghamparkannya pada kisah yang setia pada sayup kerinduan yang tertatih..

tetaplah menjadi apa yang diinginkan malam dalam pengakuannya.. bahwasanya ia akan mengharapkan bintang menyatukan cinta tanpa kebahagiaan.. seperti senja yang tak memerlukan jingga untuk kesejatiannya.. seperti laut yang melupakan sungai dalam kesahajaannya..



lalu.. segala apa yang ditinggalkan cinta dengan misterinya.. kepedihannya.. dan kesunyiannya.. adalah apa yang selalu dirindukan oleh hati yang mungkin dibutakannya.. tapi tidak ditulikannya dari semua yang kita namakan janji.. meskipun pada akhirnya angin membawanya pergi menuju kehampaan yang tersudut oleh kebosanan kita dalam memimpikannya..

engkau menuju dan berdiri dibukit itu untuk memahami sebuah rasa yang tak termaknakan oleh puisiku.. tak tersentuh dan bahkan tak tercairkan oleh jiwa yang menyelam diantara redup terangnya aksara di pena para pujangga.. hingga para bidadari surga terpaku lalu menulis diselendang haru birunya.. tentang kedustaan yang menyerupai kesetiaan dan menyapa cinta sebatas ia mengedipkan mata..

sesungguhnya engkau telah lama berdiri dibukit itu, diantara puncak puncak cemara yang memayungimu.. dan diantara riak air yang mengalir di sungai kecillnya.. namun tak satupun sesuatu kau dengar.. dari pucuk cemara yang hanya bisu dalam bijaknya.. dari gemericiknya yang hanya mengisyaratkan kerinduan yang terhanyut indah dalam alirannya.. lalu.. kembali semua terhening.. dalam kesetaraan yang tak terungkap.. tentang cinta..

kembalilah pada sudut kota yang sempat tertinggal itu.. menuju riuh redamnya.. menuju lampu lampu temaramnya, dengan cinta yang masih tergenggam.. terangilah dan lihatlah.. masih ada satu keinginan diantara debu debunya yang terserak.. pada sebuah keputusan yang sempat meredakan penderitaan.. keputusan bahwa engkau masih terjaga dari apa yang dinamakan penyesalan tak berakhir..

lihatlah kembali kisah sepasang kekasih d batu telaga cinta itu (situ patenggang).. batu itu masih diam dalam kesendiriannya.. bersaksi bahwa cinta akan tetap abadi dalam hatinya.. dalam jiwanya bersama air mata di ranah peperangan.. Dewi Rengganis.. ki Santang.. sepasang cinta yang telah disatukan takdir dari jarak dan kesetiaan.. juga tentang cinta yang mendalam dan menjadikan seseorang tidak dapat melihat kecuali melihat orang yang dicintainya dalam kisah Qais dan Laila.. tentang sebuah rahasia cinta yang tetap terjaga.. dalam takdir yang tak pernah mewujudkan kebahagiaan mereka..

lalu terjemakanlah.. bagaimana cinta menyediakan air mata dari rahimnya.. air mata untuk ditangisi kebahagiannya dan air mata yang menangisi kepedihannya.. sebuah akhir yang mendewasakan kita dari tatapan suci keabadian cinta.. yang mungkin sanggup mengisi ruang dan waktu yang tercipta dari masa lalu.. hari ini dan mimpi..

...



mimpi aku menyebutnya.. karena aku tak sanggup membicarakan masa depan pada ruang dan waktu.. sebagaimana Israfil yang tetap duduk termangu dalam tahtanya.. dan terdiam bisu ketika penghuni semesta raya tak mampu lagi menahan segala misteri kuasa murkaNya dan bertanya.. kapan kau meniupnya..? atau bisa jadi.. masa depan akan menjadi buta bila digoreskan di antara tetes airmata kelahiran dan kematian yang setia menemani takdir..

bersama cinta tanpa orang yang dicintai, adalah sebuah keheningan yang ada di hatimu.. selain istana megah kebesaran jiwa yang kekal, dan mungkin juga abadi.. dan keheningan itu akan mengikatmu pada sebatang pohon besar kehidupan.. yang akan membuatmu menyerah pada hujaman busur busur cinta yang dilepaskan sang hidup.. namun tidak membuatmu takut untuk tersenyum.. pada sebuah kemuliaan yang berdiri menatapmu.. kemuliaan cinta..

dan mungkin para pecinta adalah para munafik yang menutup mata ketika bidadari surga melantunkan syair syair cinta dengan ketulusannya.. mungkin termasuk kita.. namun sebuah hati yang tertanam selalu terbuka untuk setiap jengkal kemuliaanya.. lalu menjadikan tiap nafasnya sebagai lantunan dzikir pada maha pecinta..



dan ketika engkau telah kembali memeluk cinta yang sesungguhnya adalah surga sebuah kejujuran yang hakiki.. maka biarkan ia menyapu sebuah kisah yang telah tak tumbuh pada musim ini.. kering bersama sekuntum airmata yang berkarat.. dan tenggelam bersama guguran helai penyesalan yang terikat warna langit senja..

lalu.. apakah yang kau rasakan dalam peluknya..? mungkinkah hanya kekuatan yang lemah.. ketajaman yang rapuh.. atau justru kerapuhan yang menari bersama kekuatan lalu menciptakan cinta itu sendiri.. dan membiarkan dirinya terbang dengan sayap tipisnya lalu mencari dan menemukan sebuah hati yang diinginkannya..

kebahagiaan akan memuji dirinya ketika cinta itu hinggap.. dan menyembunyikan semua ketakutan dalam kesempurnaan hidup.. seperti langit dengan gelapnya ketika menyembunyikan rintihan hujan yang bergolak dalam raung halilintar, dan menciptakan pelangi dari tiap biasnya..



sebrangilah kenyataan ini dengan biasnya yang tampak itu.. yang menjadikan kerinduan sebagai lentera untuk ketidakmampuanmu menyingkap rahasia cinta.. dan menyerahkan kekecewaan pada mulut srigala kemenanganmu.. kemenangan dari yang kau namakan peniadaan atas segala hitamnya cinta.. lalu.. rentangkan nyanyian kenyataan ini pada sebuah pengabdian yang tidak kau ketahui rahasianya..

Perlukah ku jelaskan "pengabdian" yang tidak kau ketahui rahasianya itu..?

tidak..! biarlah para pujangga yang mengartikannya untukmu.. lalu menuliskannya kembali pada kitab keresahannya.. kecintaannya.. kemarahannya.. mungkin juga ketakutannya untuk dijadikan seribu puisi tentang cinta yang menguasai atas segalanya.. pada api yang membara.. pada air yang melumat.. dan pada harum yang menyerbaki surga..



pada perciknya mungkin kau temui kekuatan cinta yang dapat menguraikan apapun.. bahkan rasa sakit di antara angkuhnya waktu yang menapakinya.. pada harumnya terdapat kelembutan sebuah harapan untuk terus bersama dalam cinta yang dibangkitkan oleh tarian para malaikat surga.. lalu berkatalah.. wahai cintaku.. aku terus melukismu dalam jiwa, dengan warna sukma yang mengurungku, dengan semua keterbatasan cinta.. dan dengan sebuah keheningan yang mendampingiku..

akan ku temui jiwamu dalam keterikatan lukisan jiwamu dijiwaku.. dan membisikan sesuatu yang tak terdengar matahari.. aku tak ingin memaksamu untuk menjadi apapun selain cinta.. dan bagiku merenung lebih baik dari berduka... merana lebih buruk dari menangis.. dan menangis tidak lebih baik dari tidak memilikimu.. memiliki cinta..

aku juga akan mewarnai segala cinta dengan keteduhan sukmaku yang memayungi janji langit pada bumi.. serupa denganmu ketika beterbangan di atas kepedihan hidup dan menyalami semua luka dengan kesejatiannya.. kesejatian akan makna dari keiklhlasan yang menjadikan kehidupan itu berarti dan tak lagi mencium aroma airmata..



maka.. keterbatasan cinta akan menjadi segenggam abu dari api yang meratapi baranya dan tak bisa melampaui kefanaannya.. ia akan tetap dalam sesuatu yang membatasinya.. sebuah jarak antara kecintaan cinta dan pada cinta sang maha.. apapun itu.. cinta tetap pada takdirnya..

dan sebuah keheningan yang mendampingiku adalah cahaya jiwa yang senantiasa berdiri di hadapanku.. dan mengkaruniakan para bidadari untuk menemaniku bersyair pada barisan bintang.. tentang kekuatan yang tak pernah terpahami sebuah kehilangan.. tentang kesucian yang terlebur bersama ketulusan..

Setelah itu..

Tersenyumlah atas segala cinta..



•••●▬ஜ۩۞۩ஜ▬●••• TAMAT •••●▬ஜ۩۞۩ஜ▬●•••


ditulis oleh Jabrik pada: 27 November 2011; jam 22:14 ◄

Komentar

Foto Lusi Devita

suka

kebahagiaan akan memuji dirinya ketika cinta itu hinggap.. dan menyembunyikan semua ketakutan dalam kesempurnaan hidup.. seperti langit dengan gelapnya ketika menyembunyikan rintihan hujan yang bergolak dalam raung halilintar, dan menciptakan pelangi dari tiap biasnya..

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler