Skip to Content

Sepasang Renta dimusim Tanam (puisi cerpen)

Foto Jabrik

"Aku lupa kek.." kata perempuan tua itu sambil mencari sesuatu dikantong plastik hitam yang baru dibawanya dari rumah. "ya sudah nek.." sahut lelaki tua itu seperti mengikhlaskan segala yang selama ini menghimpit pikirannya untuk terus menari dalam kerasnya kehidupan.

Sepetak sawah masih tersisa dari incaran cukong-cukong tanah yang masih terus menancapkan kuku-kukunya ditanah yang seharusnya menjadi mata kehidupan kaum seperti mereka.

Musim masih bersahabat.. hujan masih mengguyur.. dan masih mengalirkan limpahan air dari sebuah kawasan industri yang tidak jauh dari sawah mereka.

...

pada hijau ladang itu telah lama tertanam sebuah janji.. ketika keringnya langit akan kelak mencintai kata-kata yang terucap dari sepasang renta yang duduk ditepian persawahan desa..

doa-doa yang terperangkap dipematang-pematang, pada kicau burung parkit, pada hembus angin, dan pada gerimis yang masih saja bersembunyi pada musim kering kemarin..

sebuah janji..

...

"Nek.." semoga kita masih bisa bertemu musim tanam esok hari.. kita bersama menanamnya.. dan kita bersama juga yang kelak akan memanennya.. berjanjilah nek..!"

tubuh mereka yang telah renta, mengakar pada setiap cerita yang tertulis pada guratan kerut diwajahnya.. cerita tentang kehidupan yang meminta untuk teetap diasuh oleh tangan-tangan mereka..


ditulis oleh Theo Jabrik Pada: 17 Maret 2014; Jam 2:32

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler