Di penghujung hari sepekan terakhir itu kita bersua. Binar rindu di matamu
meletup nyaliku hendak merangkul. Tapi urung. Selalu saja aku kehilangan
jejak masa lalu menghentikan segala gerak hendak tercipta. Terbawa serta
langit berarak dalam rupa mendung. Memburam cahaya dan aku diurapi rasa
ketakutan. Engkau menampik sembari mengibas tangan. Aku perempuan itu
dan padaku engkau kutenteramkan, lirih kata itu dalam isakmu. Lekat kutatap
ujung rambutmu tersentuh angin. Menguarkan aroma nektar dan aku terbeliak
menyimpan getar di palung hati. Bilur-bilur darah mencipta riak. Resik serupa
alunan nada menuju puncak. Gerak harmoni yang patah ketap-ketip pada kelopak
mata kasat. Kubuang jauh momentum keindahan pernah terberi. Jiwa lelakiku
terangon ke sudut ruang pekat dan suwung. Terpenjara di sana sebelum waktu
berakhir di sepekan terakhir. Lembar hari itu menutup kisah. Engkau menangis
dalam tatapku mulai mengabur. Sebilah belati hendak kau cabut pada tataran dada
penuh lumuran darah. Sempat kucium amisnya. Lalu gelap. Telah kuakhiri sendiri
perjalananku. Dalam tidur panjang itu mimpiku tak akan pernah berakhir.
Komentar
Tulis komentar baru