Skip to Content

seperti hujan

Foto rully nurardiansyah

Beberapa hari ini hujan berhenti bicara

nampaknya sebentar iya terasing dari belantika angkasa

Sebentar iya mawas diri, berkontemplasi di gugu nya senja

Mengartikan dirinya yang hanya sementara saja, yang bahkan setelah itu kita lupa ia pernah tercipta

                Ya.Begitulah lebih tepatnya kekejaman sang waktu

                Melupa yang ber asa

                Meng asa kan yang berasa

                merasakan apa-apa

                Tidak merasakan apa apa

  setelah lama aku menunggu hujan, disiang hari aku berkunjung ke kediaman kekasih ku

  aku memandang jauh keluar jendela, kulihat awan terdiam tak bergairah

Lalu aku jalan menuju ke kamu 

Melawati keraguan dalam hati ku

Menembus hutan kewaspadaan ku

Kali kali saja aku seperti hujan dan kau manifestasi dari waktu

                Tetapi, hati ini sudah murni seperti sedia kala

                mungkin sudah terkontaminasi namun tetap saja murni.

Kecemasanku belum mau beranjak, ia masih menatap

Kekhawatiran ku akan tetap menetap

Perihal masa depan yang tak satu setan pun tau

Bahkan waktupun harus sabar menunggu

                Maafkan aku, aku harus berkelana ke liang kesepian ku

                Jadi barangkali aku asing denganmu

                Itu kebutuhan spiritualku

                Itu yang semesta ajarkan padaku

Tetapi, kamu selalu jadi pelangi

Memayungi hari yang mati di caci

Mewarnai warni yang enggan meletup kembali.

                Oh ya, tak kunjung mendung, semakin aku merenung

                Betapa, kian hari aku kian seperti hujan

                Terus menetes, terus menghilang

                terus membumi, terus bergerak mendekat angkasa

Mungkin bagi ruang fisik, kamu tak sempurna.

Tapi kamu adalah kesempurnaan di liang jiwa ku, karaktermu menampar egoku

Kamu adalah satu kepastian, dari sekian banyak probabilitas yang menghempas kepadaku.

Kamu bukan wanita pilihan, karena aku tak pernah mau memilih

Kita ada, mungkin dari ketidaksengajaan hati yang bertemu.

Itu kenapa kamu ataupun aku. Kita tak pernah bisa menjawab pertanyaan, mengapa kita bisa bertemu.

                Setelah sekian kali aku bertutur padamu, hidup bersama ku tidak lah semewah singgasana kepunyaan seorang dewa kere sekalipun

                harta ku hanyalah barisan saksi bisu masa lalu, yang saban hari ku sapa keberadaannya

                keluarga ku pun bahkan tidak berpengaruh, setitik pun tidak.

                hembusan napas ku tidak merubah hal apapun kekasih.

                dan keberadaan ku tidak meng adakan hal lainnya selain kefanaan yang tak berguna.

lalu, masih kah kamu mau duduk di situ?

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler