Tanganmu mendua
bibit angin dan kepentingan di belakang punggungmu
Lidahmu bercabang
kata-katamu bagai pisau bermata dua
Hatimu menatap arah angin
ketegasan dan kebimbangan hampir tak ada beda
Kelicikan dan kejujuran berbaur menjadi satu
standar ganda, itulah namamu
Citra biru yang menghampar di bumi persada
bermanikam bintang-bintang yang memudar
Nilai-nilai luhur bangsa hanya sebatas ingatan
negriku jadi abu-abu, tak berkelamin
Cita-cita luhur berbangsa dan bernegara mengabur
tenggelam dalam hiruk-pikuk kegaduhanmu!
Komentar
Tulis komentar baru