Dengan menyebut namaMu
Yang setia memelihara sepi
Pemelihara rahasia, lagi sembunyi
Sungguh hanya kepadamulah
Aku mengeluh; mengaduh
Kasih, bila aku seorang musafir
Yang buta arah pulang
Terpaku dan terkekang
Oleh ribuan pohon yang
Entah kapan tumbang
Serupa butir air gelombang
Di sepanjang samudra membentang
Lebat rambutnya merenggut pandanganku
Maka, kau adalah satusatunya alamat, kasih
Penuntun jejak kakiku melangkah.
Penerang gelap, kala surya terlelap.
Kasih, jauh dari pelukanmu
Adalah beku.
Tubuhku ditumbuhi biji salju
Seperti terjebak
Dalam kulkas baru
Atau anak piatu
Yang rindu tubuh ibu
Pada ampas kopi, kekasih
Aku mencari kedamaian kekal
Namun, kudapati hanya masa lalu
Yang bakal bebal
Sedangkan hasratku
Tumbuh berjengkal-jengkal
Sebab aku sadar
Hanya dekapmulah, kasih
Damaiku bersandar
Hanya dekapmulah, kasih
Hasratku berbinar
Lewat puisiku yang tak sebunga senyummu
Aku berujar terima kasih
Atas segala sabarmu yang bentala;
Terinjak-injak egoku nan belantara
Dengan menyebut namaMu
Yang memiliki semesta cinta
Aku bersaksi bahwa tiada cinta
Selain kau.
Madiun, 2019
Komentar
Tulis komentar baru