mengapa ada sepi, pada mata yang luka?
membaca surat cintamu
laksana nyalakan lentera saat gulita
suratmu kudus dan perawan
pada tiap potong mozaik zaman
membaca lagi suratmu
hatiku bergetar riuh
dalam dekapan rindu
suratmu pelukan resah
yang merayap pada senyap saat
airmata meluruh pada sajadah
deras jatuh tumpah membuncah
suratmu bicara
menembus ruang hampa, nircahya
menyapu hati beku, jasad kaku
getar meregang urat nadi
sesali bara yang jadi abu?
ah,
suratmu memapah
tapaki lembaran baru
dengan langkah tertatih
hadapkan wajah penuh nanah
pada terang rona purnama
suratmu menyapa
jiwa yang mokhsa
pada pias cahaya
tanpa warna rupa
suratmu tekateki
yang selesai kuterka
saat api hangati kaki
surat cintamu telah kubaca
mengapa ada sunyi, pada
hati penuh mahaduka?
Komentar
Tulis komentar baru