Skip to Content

Surat Untuk Presiden

Foto afridal akbar hidayat

Surat Untuk Presiden

 

Sedikitpun hamba tahu, tak sepatutnya

tertulis surat cinta untuk yang mulia

pun hamba mengerti, tersebab nasab yang melata

tapi apalah daya seorang hamba, hanya tinta sanggup berkata

pada tu(h)an yang kuasa

 

jikalau tuan berkenan “tengoklah gubuk nan reot  itu

di dalamnya seorang tua terhunus samurai jepang

matanya tertembus peluru belanda

kalaulah bukan untuk tuan pada siapakah ia berkorban

 

dengan tulus hamba memelas “tuan tengoklah reruntuhan itu

di balik rekah tembok,  tangan seorang professor menggores

mencipta tuan-tuan esok hari

kalaulah bukan untuk tuan, untuk siapalah rambut yang berguguran

 

sedikitpun hamba mengerti, jikalau hamba seorang tuan

pastilah hamba enggan tuk manatap sampah-sampah jalanan

karena daki yang menempel

 

jikalau hamba seorang tuan

pastilah kaki ini kelu tuk berjalan di kejauhan

pesawat pesawat siap mengajak terbang keangkasa

menikmati dinginnya salju di eropa

memandangi tandusnya alam di afrika

sambil mengeruk kemakmuran, bersandar

pada kursi kemelaratan

 

jikalau hamba seorang tuan, tak ada sanak serta family

menderita busung dan lapar

lumbung-lumbung pangan ada di genggam

menyerap saripati bangkai manusia

 

tapilah hamba seorang hina,

hanya bisa berharap dan meminta

“tuan jangan engkau gunduli kami

Dengan parang dan bara api”

 

Sungguhpun hamba hina adanya

hanya sanggup memikul pena

sambil menatap layar peradaban

samar terlihat seorang Tuan atau Tuhan

 

yogyakarta, 7 Desember 2013

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler