Skip to Content

SYAIR TULAH UNTUK FIRAUN

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

 

 

TULAH ATAS FIRAUN  

 

 

Dengan basmalah aku awali

Menyusun syair kisah Sang Nabi

Kata maaf mohon diberi

Jika kisah tak persis asli

 

 

Kisah Musa berbentuk syair

Ketika Musa tinggalkan Mesir

Sumbang karya aku berpikir

Bentuk syair jangan berakhir

 

 

Kisah ini hanya penggalan

Semoga menjadi bahan bacaan

Kaum muda penghuni zaman

Bentuk syair jadi catatan

 

 

Yang aku pilih penggalan mana

Ketika Mesir kena bencana

Ulah Firaun keras kepala

Mengaku dirinya tuhan yang kuasa

 

 

Musa diutus ‘tuk mengingatkan

Namun Firaun Allah keraskan

Kalimat Musa tak dihiraukan

Setiap nasihat ada bantahan

 

 

Sadarlah Firaun berkata Musa

Jika engkau membantah jua

Akan datang ragam bencana

Menimpa Mesir neg’ri tercinta

 

 

Firaun menjawab ‘ku pasti bisa

Mengatasi segala bencana

Ahli sihir seluruh Negara

Kupersiapkan ‘tuk melawannya

 

 

Jika sudah nyata begini

Firaun tidak mau mengerti

Merasa diri jadi ilahi

Musa tak mau perduli lagi

 

 

Bencana tiba satu persatu

Menghantam negeri bagaikan hantu

Ahli sihir beribu-ribu

Kalau tak mati hanya termangu

 

 

Meski air dijadikan darah

Firaun tidak gelisah

Seujung rambut tidak menyerah

tidak mundur sejengkal tanah

 

 

Katak menjadi isi negeri

Jumlah jutaan membuat ngeri

Tapi Firaun berkeras hati

Keras kepala menjadi-jadi

 

 

Lalu datang pasukan nyamuk

Mesir menjadi neg’ri terkutuk

Firaun manatah tunduk

Rela diri menjadi busuk

 

 

Lalat pikat tulah b’rikutnya

Penduduk Mesir jadi sengsara

Terganggu segala sendi hidupnya

Tetap Firaun ‘nyerah tak suka

 

 

Sampar ternak menjadi hantu

Mesir kembali jadi terganggu

Firaun tetap kepala batu

Enggan bertobat mulut membisu

 

 

Tulah Mesir susul menyusul

Penduduk tidak bisa berkumpul

Kena musibah sang barah bisul

Negeri semakin jadi amburadul

 

 

Hujan es turun bersama api

Membuat derita seisi negeri

Firaun yang hatinya mati

Tetap menantang kuasa ilahi

 

 

Masuk ke Mesir tulah belalang

Penuhi angkasa malam dan siang

Namun Firaun tetap menantang

Firaun telaj menjadi jalang

 

 

Tulah datang berupa gelap

Tak lihat api tak lihat asap

Raja dan rakyat menjadi kalap

Karena gelap nafaspun pengap

 

 

Anak sulung mati mendadak

Tidak bangsawan tidakpun budak

Sedih merana ibu dan bapak

Terbangun pagi ‘nangis teriak

 

 

Ini penggalan Musa dan Harun

Memimpin umat lewati gurun

Jauh ditempuh sabar dan tekun

Kepada Allah memohon ampun

 

 

Umat yang ikut amatlah banyak

Kakek nenek ibu dan bapak

Tak tertingga cucu dan anak

Ribuan berbaris berarak-arak

 

 

Jarak ditempuh sangatlah jauh

Menginjak gurun tapak melepuh

Meski umat s’lalu mengeluh

Musa dan harus semangat sungguh

 

 

Tiada lapar tidak dahaga

Karena ada manna dan salwa

Mukjizat Allah Yang Mahakuasa

Yang diberikan kepada Musa

 

 

Tidaklah gentar Harun dan Musa

Yakin ditolong Allah Yang Kuasa

Meski panas gurun membara

Bukan alasan ‘tuk putus asa

 

 

Hari demi hari berlalu

Langkah umat semakin lesu

Firaun gila tetap memburu

Pasukan kuda beribu-ribu

 

 

Ketika sampai di pinggir laut

Umat berteriak kalang-kabut

Jiwa dan raga gemetar takut

Barisan rapi jadi semrawut

 

 

Musa menangkap getaran wahyu

Tongkat dihempas di laut biru

Laut terbelah menderu-deru

Hati sempit mendapat harapan baru

 

 

Pasukan Firaun semakin buas

Tidak ingin tangkapan lepas

Melihat laut terbuka luas

Firaun terpana merasa waswas

 

 

Berdiri gagah atas kereta

Panglima menandang picingkan mata

Hati menimbang pilihan dua

Apakah musuh diburu saja

 

 

Atau kembali ke Mesir saja

Pulang hampa dan putus asa

Letih lelah tidak berguna

Semua tak guna dan sia-sia

 

 

Firaun putuskan terus mengejar

Merasa Musa t’lah kurang ajar

Musa dan Harun musuh yang besar

Musa dan umat harus dihajar

 

 

Ke dalam laut yang terbelah

Pasukan mengejar tiada lelah

Musa dan umatnya segera musnah

Tak lagi akan membuat susah

 

 

Musa dan umat selamat sampai

Ke seberang yang juga adalah pantai

Meski letih tidak terlerai

Cita-cita sudah tercapai

 

 

Pasukan siapa kena perangkap

Di dasar laut jelas terjebak

Dinding laut siap menangkap

Pasukan Firaun tak bisa sigap

 

 

Dinding laut bersatu lagi

Firaun dan pasukan dijemput mati

Kututup kisah sampai disini

Selanjutnya kita menangkap arti

 

 

Ada dua tokoh utama

Dalam ini cerita mulia

Pertama adalah Nabi Musa

Yang kedua Firaun raja

 

 

Dua-duanya ada dalam AlQuran

Sebagai contoh pengibaratan

Kebaikan dan kejahatan

Di kehidupan jadi pilihan

 

 

Saking Firaun m’rasa digjaya

Menolak menyembah Tuhan yang Esa

Namun diakhir apa jadinya

Ia tercatat ingkar durjana

 

 

Firaun mengaku menjadi tuhan

Itu paham yang ia paksakan

Namun akhirnya dihinakan

Meski pengakuan ia ucapkan

 

 

Aku mengakui tuhannya Musa

Demikian Firaun menyatakannya

Namun apa hendak dikata

Sesal akhir tiada guna

 

 

Setinggi apapun ilmu di diri

Allah ajarkan berendah hati

Besar kepala sombong sekali

Sekuat apapun pasti ‘kan mati

 

Meski air dijadikan darah
Firaun tidak gelisah
Seujung rambut tidak menyerah
tidak mundur sejengkal tanah
 

  

Katak menjadi isi negeri
Jumlah jutaan membuat ngeri
Tapi Firaun berkeras hati
Keras kepala menjadi-jadi
 

  

Lalu datang pasukan nyamuk
Mesir menjadi neg’ri terkutuk
Firaun manatah tunduk
Rela diri menjadi busuk

 

Lalat pikat tulah b’rikutnya
Penduduk Mesir jadi sengsara
Terganggu segala sendi hidupnya
Tetap Firaun ‘nyerah tak suka

 

Sampar ternak menjadi hantu
Mesir kembali jadi terganggu
Firaun tetap kepala batu
Enggan bertobat mulut membisu

 

Tulah Mesir susul menyusul
Penduduk tidak bisa berkumpul
Kena musibah sang darah bisul
Negeri semakin jadi amburadul

 

Hujan es turun bersama api
Membuat derita seisi negeri
Firaun yang hatinya mati
Tetap menantang kuasa ilahi

 

Masuk ke Mesir tulah belalang
Penuhi angkasa malam dan siang
Namun Firaun tetap menantang
Firaun telaj menjadi jalang

 

Tulah datang berupa gelap
Tak lihat api tak lihat asap
Raja dan rakyat menjadi kalap
Karena gelap nafaspun pengap

 

Anak sulung mati mendadak
Tidak bangsawan tidakpun budak
Sedih merana ibu dan bapak
Terbangun pagi ‘nangis teriak

 

 

202004291631_Kotabaru_Karawang

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler