Skip to Content

Syarat Jendela

Foto Rendy Aditya Prayoga

Dalam jendela itu kita pernah bertanya
Akan. limbur daun sungai,
Mata, mata-mata yang tak terucapkan lafalnya pada kusen dan engsel mu, Terbayang.
Dia tumbuh diantara kulitmu-kulitku,
di gelitik bulumu-buluku
Lalu berputar di tatap renggang dadamu-daduku
Apalah barangkali sudah lewat kita dalam isyarat.
Dalam kacamu yang sudah ditiangkan embun
Seperti baris retak yang terbaru
Disini-disitu

Kapan hari kita sepakat tetap men-jendela,
Merekam liuknya yang kita kenal, yang tetap kau dengar pilin nya, kau nikmati cakramnya biru-kuning ke putih.
Dia tetap di dalam ruas jendela yang sama
Lalu kau di antaranya dalam pertanyaan
Menandai setiap liuknya dalam angin berpilin, tanpa adegan. teater dalam syair, yang tak pernah pergi sebelum mendengar.

Dengan mempercayai kata katamu, poros pipi dan bibir.
Buah buah jatuh di sungai, di dalamnya ada langit mengalir dalam buah, lewat air, lewat batu dan daun
Embun dalam retak jendela merayu.
Oh, aku sudah terlalu asing untuk mengenal puitisnya.
Kumatikan rokokku di jendela, kulihat bekas apinya
Ruas hitamnya, ada limbur tembakau hitam mengasap mata,
Mata-mati.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler