Kutulis suara dengan ludah
tanpa alinea dalam daging; sebab “harus” diakhiri lewat akibat.
Mati; bagiku titik
Berhenti seruncing nafas, berhembus khianati nyawa.
Hingga derai
tiuplah Angin?
Aku akan melingkari “siapa”, Menjadi “apa”
lalu terbanglah debu,....
butalah mata,
tulilah telinga
Air turun mengikat garam.
Kosong
akar menarik saripati diri; khilaf tumpah berkarat.
"saat"
wajah-waktu telah mengirim imajinasi pada otak; Pembodohan
Kapan?
Inilah pertanyaan hilang tak terjawab, untuk lidah si “saat”
berfikir adalah jawaban, berhenti kunci atas pilihan
Yang kupikirkan adalah akal;
benda mati yang hidup tercerna dalam hati, bermain dengan jiwa
Intim-mi panca indra.
apakah aku gila?
sebelum sadar ku jawab “iya!”
apakah aku hidup?
sebelum mati kujawab “tidak!”
karena Aku sadar Aku gila, Sebelum bertanya “apakah aku nyata?”
Masih huruf serupa; rangkaian mata dan telinga, tetapi tua.
TELANJANG
- 3536 dibaca
Komentar
Keyyen :v
Keyyen :v
Terima Kasih
Terimakasih Alfiani; telah berkunjung dan memberi komentar...
Salam Sastra..
=Defri ar-Rahman=
Tulis komentar baru