Kita tahu pada malam-malam tinggi
pekatnya hanya sunyi
angin diam tak menari
udara duduk bersemedi
dan kita menghitung kantuk pada kuap yang mendera
tak ada perbincangan
di antara kita hanya sibuk menata makna
ketika mata mengitari langit-langit rumah ini
seperti menjadi ritual kita tetap diam
sebentar kudengar ucap lirihmu
sebelum kau tidur nak bacalah do’a agar esok kita bisa bercengkrama
aku teringat pada tiga puluh tahun yang kalu, pak
dan rindu ini tak bisa kubendung
untuk segera berkunjung ke hari esok
seperti dulu pak
setiap pagi yang datang
kita selalu menikmati secangkir kopi
di beranda rumah ini
dengan sejuta cerita masa depan
yang mengalir lewat bibir kusammu itu
aku setia dengan kata-kata itu
aku tak bisa ingkari
meski aku sadar kini kau tak lagi bisa kutemui
namun
kata-katamu
masih kusimpan rapi dalam hati
karena engkau adalah bapak
yang telah membesarkan aku dengan kesederhanaan
kotabumi, 2016
Komentar
Tulis komentar baru