Malam yang terlahir di rahim waktu
Kelam pekat memandang tapal batas kuasa
Di pertigaan malam, manusia bersatu menggoda iblis-iblis
Agar masyuk mengumbar kemaluan
Dan sangsi di perempatan malam
Menuju alamat yang tak pernah disebutkan
Oleh gagak-gagak, se-huruf pun
Lalu mereka berbondong-bondong memohon pengampunan
Dari Tuhan yang tengah malu memaafkan.
Sebab Tuhan mencintai ciptaan-ciptaan
Tapi mereka telah hidup dalam kesia-siaan
Sungai yang menganank di pelosok mata ibu
Mereka seruput tanpa dahaga
Birahi meng-klimaks dalam persetubuhan
Manusia dengan iblis yang mencintai tahta
Merindukan anak-anak pemberontak
Yang akan membantai orang-orang tua
Padahal betapa girangnya orang-orang tua
Mengajarkan kesetiaan pada anak-cucu
Yang menendang-nendang dalam rahim purba
Mereka lahir dan tubuh dalam kasih sayang dan perhatian
Lalu bertemu sebagai sepasang yang disahkan dalam ikrar
Atas nama Tuhan yang tak pernah mereka tahu
Tuhan yang meminta mereka hanya sekadar beribada
Tuhan yang membutuhkan selaksa doa-doa dari penyesalan
Tapi mereka abai dan tertawa dalam kesesatan
Kesesatan yang klise
Tuhan pun sangsi dan malu memaafkan.
Rahmat Adianto
Kendari, 3 April 2020
Komentar
Tulis komentar baru