Skip to Content

Tukang Galian

Foto Rasull abidin

 

 

Mendung tergantung dilangit jakarta,

Dahaga tanah yang merekah

Dahaga atap yang retak

Dahaga mimpi orang dijalan

Di ketiak ibu kota,

Akan berakhir….

Hembusan angin laut, tunaikan janji...

Yang ia bawa dari saku pelaut

Walau tidaklah tuan tahu,

Jendela masih  terbuka pada deretan losmen losmen seperti biasanya...

Katakanlah tuan,..

Sembab airmata takkan bertahan

Walau di guyur hujan tawa,

kaki warung gamang bergetar melumatkan harapan,

Wajannya kau tendang,Menyenggol perasaan.

Zaman kolonial….zaman apa ini ?

Oo...dusta petaka tuan..

Kuli jalan berhamburan kakinya telanjang

Keluar dari parit yang tak selesai di gali

Sirat wajahnya bergaris resah..

Karena bonusnya takkan keluar

Habis di telan birokrasi yang tak jelas,

Oo..dusta petaka tuan...

bau peluhnya kau makan, menjadi daging,

Menjadi tulang, menjadi hati anak tuan...

Menjadi buku, menjadi sepatu, menjadi mobil untuk anak tuan...

Ketika mendung menjadi badai hujan,

Tanah kian tenggelam, tukang ojek mangkir,

kuli nangkring diujung piring..tapi tuan minum softdrink,...?

Tapi tuan cuma titip pesan bonus takkan keluar karena galian Tidak selesai

Dan jalanan tetap tergenang...

Oo..di pinggir comberan ibu warung cemberut, uang lauk masih tergantung...

di ujung cangkul kuli galian,

berapa lama lagi anaknya kan bertahan bila biaya sekolah tak juga terbayar.

 

 

Rasull abidin, 11 Mar 2014

Jakarta.

Komentar

Foto nurma pandwita

waaah keren banget puisinya

waaah keren banget puisinya

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler