Kucari di antara mentari pagi namun yang ku temui hanya bayangan angan bersama kabut
Hilang menjadi secarik catatatan yang tergeletak disamping kopi yang hangat
Jauh memandang arah tak bertepi lalu risau ketika tak di dapati
Ketika Tembakau menjadi hiburan dikala sejuta pertanyaan menikam
Aduhai puan...
Gusar dalam menanti ketika asa tak bertautan
Saat itu cinta bertanya pada malam paksa rembulan tuk menjawab
Hilang terurai angin pergi sendiri ke awang-awang
Aku mengintip disela jendela hingga tertular kegundahannya
Kau menunggu siapa ?
Amor kah yang turun dari kayangan ?
Aku rasa sisi sunyi itu
Isak tangis mulai berbisik berjalan seiring hening
Aduhai puan....
Hanyut terbuai pada sore yang mulai menjingga
Sayu mendayu sendu di kala semua bisu
Ketika aku kira kamu bisu
Aku mencoba mengingat-ingat suara keibuan mu
Sepotong senja ku kantongi dalam surat yang lusuh
Ingin kuhadiahkan padanya tapi di perjalanan kantong bajuku berwarna merah kekuning-kuningan
Termyata senjaku luntur
Lalu malam kembali berlayar , aku lipat cahaya bulan dan ku masukan kedalam amplop
Aku tak ingin luntur lagi seperti senja lalu kusimpan didalam laci
Kucing-kucing kampung bertanya
Apakah kamu merayu ?
Ya aku merayu ,
Dan kucing kampung menertawaiku lalu mencibir dengan sinis
Apakah kamu Amor dari kayangan ?
Tidak , aku hanya penyair abnormal yang agak-agak kuno
Kucing malam kembali berseloroh
Mati saja kau ditimpa sajak sajak mu !
Aku telah mati bunuh diri ketika matanya melirik
Kucing-kucing pun pergi setelah ufuk timur mulai merah
Dan aku kembali bersama secarik catatan yang lusuh
Komentar
Tulis komentar baru