telah diperkosanya semua sajakku, tanpa ia baca.
di pojok sana berdiri seorang wanita, bernama Stella.
tenang dan menggoda
suka berdoa dan sedikit gila
hidup Stella bercampur racun dalam adonannya
saat itu juga tidak ada satu puisiku tersisah.
puisi ku yang suka terbang
dalam ruang-ruang sempit dan gelap
kuat saat kekeringan dan berkembang saat lembab
yang pandai mengicau di lubang kupingmu.
dan sangat mengganggu
di mana kau tidur malam itu?
aku menantimu. datanglah.
Stella, sang wanita yang membunuhnya
dengan pesona ia menusuk
dengan kejam mulut seperti panah
dan parfum murahan beraroma jeruk
barisan kalimatku teraniaya
menelan racun wanita bernama Stella
bercinta dengan wanita yang salah
penjara, penjara, penjara!
(Jakarta, 14 Maret 2017)
Komentar
Tulis komentar baru