Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Puisi

BUNGA

Jika kamu ingin mencari cinta
datanglah ke taman bunga
Jadilah kupu-kupu
dan hinggap di sekuntum bunga

Jangan kamu tinggalkan bunga itu

SENYUMMU ARAHKU

senyummu warnawarni lampu

penunjuk arah yang menuntun langkahku

ke ujung jalan dengan dinding menjulang

bertuliskan: ‘buntu’

Insomnia

suara pemimpi bersenandung

saling sahut di langit mendung

gerangan apa malam tak mendukung

padahal raut wajahnya begitu murung

 

lembayung di mataku

Persimpangan Itu

Kita yang tercegat di simpang itu, melorong sangsimu bercermin ke bilah pisau.

Kau yang melengkung ke pinggir mata, sedangkan aku melaju ke runcing tikam.

secarik angan di kolong jembatan

bara bumi menebal alas tumit kaki

teriak lirih kehampaan memoles relief bibir kota

secarik angan terlipat di bawah kerlip jalanan aspal

satu asa kecilnya tak hendak kuasa peminta tahta

dan cucu dari ibu bidadari lacur

~

matahari mati memeluk tumbuhan beton diketika

deru asap senyum sinis di atas jembatan

wajah zaman merebah badan pada lembar tak terbaca

berdinding gigil menahan jiwa dan raga leluasa lepas

tak rela nafas hilang terhambur demi nesta.

 

 

 

debu rindu

rindu membatu makin mengerak

senja menipis suyi dari riuh kekidungan

hendak kemanakan hati merancu yang telah biru?

~

rintik suakan bayu tuk tak mengikis rindu yang kian layu

runtuhkan kebisuan lantun dari larian bayang

jerit hati pudar menyudut musnahnya mau

ego tak ingin dunia ini rindu mati jadi debu

 

 

sendiri

teriring sengal menderai

embun meniris kutub mata

sesautan lantun mengiringi

keranda mengantar dikediaman sunyi

tapa siapa siapa...

 

 

r i b a

pengisap darah

bunga bunga

 

 

lacur

bunga bunga

pengisap darah

 

hempas

 

 

satu kata

adab

biadab

kebiadaban

 

adab

biadab

adab biadab

adab kebiadaban

 

peradaban biadab

tak beradab

 

 

 

etalase

teronggok begitu saja

di depan pintu masuk pasar

aroma menyengat

pengap

 

lalat lalat lahap

bagai penghuni negeri

terlukis abstrak di etalase

kembungkan lambung diri

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler