Skip to Content

cerpen : Dinding Penyesalan

Foto zulin niawati

“ cepat………….!!! Apa kau tuli… dasar cacat.”Kata- kata itu terus keluar dari mulut ibuku. Namun, hamper semua orang didekatku berkata sepertiitu. Sejak lahir, aku memang ditakdirkan sebagai seorang anak yg cacat. “Si Pincang”,,,itulah panggilan khusus dari teman- temanku. Menyakitkan,,,……. Namun, lebih menyakitkan lagi ,jika panggilan itu kudengar dari mulut ibuku.

Meskipun begitu, aku tetap saying pada ibuku. Bagiku ibu adalah sesosok bidadari yg masih tertidur. Satu-satunya orang yg saying padaku adalah Bik Asih. Dia pengasuhku. Dia yg merawatku dari kecil. Dia ysg selalu menolongku diwaktu aku butuh. Kurasa dunia ini sudah terbalik.

Aku tidak pernah mengenal ayah. Dan tidak tau siapa ayahku. Yang kutahu hanya ibu. Terkadang aku iri dg teman-teman sebayaku yg diantarkan ayahnya pergi ke sekolah. Waktu itu, timbul keinginanku untuk lebih mengerti tentang sosok ayah . namun, beberapakali aku bertanya pada ibu, ibu selalu marah dan memukliku seperti boneka.

 Dan akhirnya aku tidak berani lagi untuk bertanya pada ibuku tentang sosok ayah dikehidupanku.

***

"Bik, ibu di rumah nggak" tanyaku pada Bik Asih."iya neng lisa,ayanaon neng,kok tumben cari ibuk"tanya Bik Asih. "enggak bik,ini besok ada pengambilan rapot disekolah,kira-kira ibu mau nggak bik,ngambil rapot lisa"tanyaku kembali pada Bik Asih. "enggak tau ya neng, bibik bingung, soalnya ibu orangnya gitu, lha eneng pan tau sendiri ibu orangnya kayak apa"terang bik asih. Aku menghela nafasku.kemudian berdiri."mau kemana neng" tanya Bik Asih. "Enggak, mau ambil minum"kataku pada bik asih. "o. . . Ya udah,jangan lama-lama neng"

"iya bik..." aku lalu .menuju dapur dan membuka sebuah  lemari pendingin lalu mengeluarkan sebuah botol aqua dan meminumnya. 

aku lalu beranjak kembali ke kamarku. namun, ketika aku berada di depan pintu kamar ibu, aku mencoba untuk membukanya.pintu iu tdk terkunci. waktuitu ibu sedang tdk ada di kamarnya. rsa penasaranku tentang sosok ayah dalamhidupku semakin besar. itu semua membuatku berani untukmencari tahu tentang sosok ayah di kamar ibuku. namun, saat aku sedang sibuk mencari, tiba-tiba rambutku tertarik oleh sebuah tangan. aku berfikir itu ibu. aku mencoba untuk melawan, naun apalah dayaku, aku hanya bisa meronta. seketika ibu melepas genggamannya, lalu .mendorongku jatuh ke lantai.

"eh,,, anak pincang,,, ngapain kamu di sini, masuk kamar orang nggak izin dulu., kamu mau maling disini"bentakibu padaku. " enggak bu, cuman,cuman, mau....."belmselesai aku bicara,ibu langsung menyahut. "eh, anak pincang,, mending sekarang kamu keluar!! lama-lama akumuak liat muka kamu" jelas ibu seolah tak memperdulikanku.

"kenapa bu...kenapa ibu muakliat lisa....dan kenapa setiapkali lisatanya tentang ayah ,ibu selalu mukulin lisa,,,kenapa bu...kenapa..."ucapku sambil menahan bendungan airmata yg ingin tumpah.

"kamu mau tau, ,denger baik baik, kamu itu cuman anak haram yg udah ngancurin hidup aku,dan jika kamu pengen tau tentang ayahmu"ibu lalu diam. Kulihat setetes air telah membasahi pipinya. "siapa bu. . .siapa ayah lisa. . . ." tanyaku pada ibu. Ibu lalu mengusap air matanya dan menghela nafas,kemudian mulai bicara. "15 tahun ibu memendam luka ini, namun,bayangan mereka terus terlihat,jika ibu melihatmu" ibu lalu duduk. "yah. . . .memang benar, 3 orang lelaki itu yg telah menghancurkan hidup ibu,yg telah membuat ibu benci sama kamu,namun,cobaan itu belum berakhir,lagi-lagi ibu dicoba untuk menerima kenyataan, kamu terlahir sebagai anak yg cacat dan ibu harus berjuang sendiri, agar bisa bertahan hidup"terang ibu sambil menangis. "kenapa bu. . .kenapa ibu nggak pernah cerita kelisa. . Kenapa bu. .kenapa, ibu jahat..." aku lalu mencoba untuk berlari dg sepasang tongkat kayu yg menyangga tubuhku. Ibu lalu mengejarku. "lisa. . .tunggu nak, . . ibu minta maaf. . ." teriak ibu sambil mengejarku. Namun, aku terus berlari dan berlari. Dan akhirnya tepat ditengah jalan aku terjatuh. Kulihat Ibu masih mengejarku. Aku mencoba untuk berdiri. Namun, tak sempat aku berdiri, sebuah truk yg sedang melaju kencang dari arah timur menabrakku. Membuat sekujur tubuhku penuh dg darah. Terasa tubuhku ringan. Nafasku sesak. Namun, aku masih melihat jelas sosok ibu didepanku yg memelukku. Dg terbata-bata aku bicara"ibu. . . . .maaff. . .ffin lisa. .lissa . . .sssayang, ,ibbu". Itulah kata terakhir yg aku ucapkan teruntuk orang yg sangat aku sayang. Bayangan ibu perlahan memudar. Kabur,dan semakin kabur. Dunia ini semakin gelap dan gelap. , , , , ,seakan ada yg aneh, ,aku pun kembali bangun. Namun, aku terkejut ketika ibu menangis didepanku. Aku mencoba untuk memanggil ibu. Namun, ibu masih menangis. Seperti tak mendengarku. Aku mencoba untuk menyentuhnya. Namun, berkali-kali aku mencoba, tetap tidak bisa. Tanganku seperti transparan. Aku semakin bingung dg semua ini. Entah apa yg telah terjadi. Ditengah kebingunganku itu,ku temukan sekerumunan orang menggotong jasadku. dan akhirnya aku sadar, bahwa aku telah tiada. duniaku telah berbeda. oh tuhan,, mengapa haus aku,,,. mangapa hal ini harus terjadi padaku ,,,,

tanyaku pada tuhan.

***

14 hari berlalu....

pagi itu,klihat orang orang berlalu lalang di jaln, melakukan aktivitas mereka.

namun, lain dg ku yg sedang bingung harus kemana. apa yg harus kulakukan. sementara aku bukan manusia, aku sudah lain dg mereka.

ditengah kebingunganku itu, tiba-tiba, bayangan ibu muncul, aku mulai rindu pada ibuku yg terakhir kutemui, dia pingsan saat aku dikebumikan. semenjak itu, aku tak lagi melihatnya. 

aku putuskan untuk pergi kerumahku. untuk memastikan kondisi ibu baik-baik saja. naun, dugaanku salah, tampakdidepan rumah, kulihat Bik Asih sedang menggembok gerbang rumahku. aku berfikir sejenak, lalu memutuskan untuk mengikuti .Bik Asih pergi. aku terus mengikutinya. dan akhirnya kita sampai di tempat tujuan di sebuah ru.mah sakit jiwa, dekat dg komplek rumahku. aku mulai bingung. namun,aku terus mengikuti kemana bik asih melangkah. 

Bik Asih kemudian berhenti di sebuah kamar tersudut,di lorong RSJ itu.

dan aku pun berhenti. Ku temukan sesosok wanita paruh baya yg sedang menggendong sebuah boneka, bersandar di dinding dalam kamar itu. wajah itu sudah tak asing lagi bagiku. yahh.....itu memang ibuku. dia menalami sakit jiwa semenjak aku meninggal. aku mulai mendekatinya. kemudian mendekap dan mengelus kepalanya, seraya berkata" Ibu.....ma'afin lisa"

hanya itu yg bisa kulakukan. semuanya kini berubah menjadi sebuah penyesalan.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler