RUMAH KEBERUNTUNGAN
Karya: Khalil Gibran
Terjemahan: Sri Wintala Achmad
HATIKU yang bosan menghimbauku untuk berpisah dan meninggalkan Rumah Keberuntungan. Ketika ia mencapai kota suci yang diberkati dan dipuja jiwa, ia mulai bertanya-tanya, karena ia tak menemukan apa yang dibayangkan terdapat di sana. Kota itu kosong akan kekuatan, uang, dan kekuasaan.
Dan hatiku berbicara dengan putri Cinta, “Oh Cinta, di mana dapat aku temukan Kepuasan? Aku dengan kalau ia telah datang di sini untuk bergabung denganmu.”
Dan putri Cinta menjawab, “Kepuasan sudah pergi untuk mendakwahkan Injil-nya di kota, di mana keserakahan dan korupsi yang merupakan dua hal terpenting; kami tak membutuhkannya.”
Keberuntungan tak mendambakan Kepuasan, karena ia adalah harapan duniawi, dan hasratnya bersatu dengan obyek, sementara Kepuasan adalah nol namun sepenuh hati.
"Jiwa yang kekal tak pernah puas; ia pernah mencari pemuliaan. Kemudian hatiku yang memandang Kehidupan Keindahan berkata, “Kau seni dari segala pengetahuan; menunjukkan padaku tentang misteri perempuan.” Dan ia menjawab, “Oh hati manusia, perempuan adalah bayanganmu sendiri, dan apa saja dirimu adalah dirinya; di mana kau tinggal, ia berada; ia seperti agama jika tak ditafsirkan dengan bodoh, dan seperti bulan, jika tak bertudung mendung, dan seperti angin semilir, jika tak teracuni kenajisan.”
Dan hatiku berjalan ke arah Pengetahuan, putri Cinta dan Keindahan, dan berkata, “Karuniakan padaku kebijaksanaan, yang bisa aku bagikan dengan orang-orang.” Dan ia menjawab, “Jangan katakan kebijaksanaan, namun keberuntungan, karena keberuntungan yang nyata tidak datang dari luar, melainkan bermula di dalam Kehidupan yang Maha Suci. Bagikan dengan orang-orang.”
Komentar
Tulis komentar baru