Skip to Content

Tahukah Engkau?

Foto Yulianti

Tahukah Engkau?

Tahukah engkau bagaimana rasanya menunggu sang pelengkap hati, tahukah engkau bagaimana bentuk rupa yang akan menjadi penghias mimpi, tahukah engkau bagaimana rasanya ketika tangan mengusap airmata ini, tahukah engkau bagaimana rasanya digenggam oleh tangan yang suci. Yaa itulah sepenggal puisi untuk sang imamnya kelak. Gadis itu tak pernah berhenti bermunajat kepada sang maha cinta agar kelak diberikan imam yang baik buat keluarga kecilnya nanti. “aku sayang sama kamu intan, mau kah kamu menjadi kekasihku?’’ aku tau kau mencintaiku dan terimahkasi sudah mencintaiku tapi maaf untuk saat ini aku belum bisa membalas cintamu. Jawab sang gadis “tapi kenapa intan? Aku sejak dulu memperhatikanmu, bahkan aku menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku. Sekali lagi aku minta maaf farhan aku lebih mencintai Tuhanku.dengan nada yang agak sedikit lantang pria itu menjawab “ Bukankah Tuhan mengajarkan kepada kita untuk saling menyanyangi dan mencintai terhadap sesama? bukankah Tuhan mengajari cinta kepada umatnya? Bukankah Tuhan akan senang ketika melihat umatnya berbagi kasih sayang? Terlihat senyuman kecil yang menghiasi wajah sang gadis tak ada sedikit pun rasa ingin marah ketika mendengar jawaban dari pria tersebut. Gadis itupun pergi meninggalkan percakapan mereka.

Sesampai dirumah gadis itu terdiam, memikirkan ucapan lelaki tersebut dia menuju ke arah sudut ruangan tepat dimana hanya ada meja dan kursi, lampu yang sedikit gelap hanya ada poster dinding yang bertuliskan ayat-ayat Tuhan. di atas meja ada sebuah buku yang sedikit kusam dia membukanya dan melanjutkan puisinya. apakah kau tau rasanya hati yang menggebu-gebu yang takut akan kuasaMU, wahai Sang yang mebolak-balikkan hati tetapkan hatiku pada pria yang mencintaiMU, temukan aku dengan imam yang mau meraih jannahMU bersamaku, jikalau aku harus mengukir takdirku sekarang insyaalloh aku siap. Gadis itu selalu mencurahkan isi hatinya kedalam sebuah coretan indah dan tak lupa ia selalu memenuhi panggilannya sebagai seorang muslimah, di atas sajadah tempat ia mengadu, berkeluh kesah, mengobrol dengan Tuhannya. Gadis itu begitu religious.

Keesokan harinya farhan menemuinya lagi, intan aku sungguh-sungguh mencintai, ucap sang pria itu tanpa basa-basi, jika kau benar-benar mencintaiku nikahi aku temui kedua orangtuaku ijinlah kepada mereka bahwa kau ingin menjadikan aku istrimu. Mendengar jawaban sang gadis, pria itu shock seakan ditimpa batu yang berukuran sangat besar. Tapi nikah tidak semudah itu intan, tidak segampang dengan apa yang kau katakan, nikah itu harus benar-benar siap, dan aku belum siap untuk itu. Lalu apa bedanya dengan kau, dengan mudahnya kau mengatakan bahwa kau mencintaiku. Kau tahu setiap ucapan itu doa? Aku ingin kita dalam suatu ikatan yang suci, yang berkasih dalam ikrar yang halal, tapi intan,,,, taa,,tapi,,, intan pun pergi meniggalkan pria itu.

Tuhan apa yang sudah aku lakukan, salah atau benar kah hal yang aku katakan tadi kepadanya. Gumam intan dalam hati. Seperti biasa intan kembali membuka lembaran kertas yang kosong untuk menuangkan apa yang ada di hatinya, dengan sigap ia mengambil pen yang ada diatas meja kemudian menulis. “apakah cinta yang sudah membuat aku buta, oh tidak aku hanya melakukan apa yang aku anggap benar aku tahu Tuhan engkau memerintahkan umatmu untuk saling berbagi kasih tapi itu semua harus dalam ijab qobul yang sah yaitu pernikahan.

 

Tok..tok..tok.. assalamualaikum terdengar ucapan salam dari balik pintu, waalaikumusalam segera ibu intan membuka pintu tersebut  eh nak andi silahkan masuk nak, andi adalah pria yang lulusan dari pesantren ternama di kotanya dan dia pun sudah menyandang gelar Sarjana Agama . Intannya ada bu? Wah nak intannya sedang pergi, kalau boleh saya tahu pergi kemana ya bu? Ibu juga kurang tau nak, oh gitu ya bu yasudah ini ada titipan dari ibu dan bapak, terlihat sebuah bingkisan yang besar buah tangan dari kelurga andi. Wah tidak usah repot-repot nak andi, ah tidak bu tidak merepotkan saya kok lagian ini juga tidak setiap hari, senyum tipis menghiasi wajah andi. Yasudah saya permisi ya bu, iya nak andi nanti saya sampaikan kepada intan kalau nak andi tadi mampir kesini.

 

3hari berlangsung suara kegembiraan itu telah hadir, terlihat banyak sekali tamu yang datang kerumah intan. Jadi bagaimana ibu kapan kita langsungkan pernikahan anak kita? Ucap wanita paruh baya yaitu ibu andi, iya secepatnya.Ibu bagaimana dengan intan bu apakah dia mau menjadi istri saya? Potong andi, intan pasti mau kok dia juga tidak punya pacar dan dia tidak ingin pacaran  Betapa bahagianya kabar ini jika sampai ketelinga intan karena dia ingin sekali bertaa’ruf apalgi nak andi ini saya liat sudah matang, jawab ibu intan.

....

Ibu intan punya pilihan sendiri, ibu tidak perlu bersusah payah menjodohkan intan, intan ketika rezeki itu datang tidak boleh ditolak sama halnya dengan jodoh, jodohmu telah menghampirimu nak ibu harap kau tidak mengecewakan ibu. Kemudian ibunya pergi meniggalkan intan. Intan sangat kaget, mulutnya terbungkam seribu bahasa, entah apa yang harus dia lakukan, dia tahu betul posisinya sebagai anak disisi lain harus berbakti kepada orangtua, tapi disisi lain ia juga mencintai farhan. Apa yang akan terjadi jika farhan mengetahui hal ini, selama sebulan ini farhan tidak ada kabar.

 

Hari bahagiapun telah tiba, akad nikah intan akan dilaksanakan 20menit lagi, tamu undangan sudah penuh menghiasi rumah intan. Sembari menunggu penghulu datang, tok , tok , tok , assalamualikum. Wah itu penghulunya sudah datang sahut salah seorang keluarga mempelai. Sepertinya aku mengenali suara itu ucap intan dalam hati, dengan cepat ia keluar menuju pintu.ternyata ia benar ia mengenali suara itu, itu bukan penghulu melainkan pria yang ia cintai. “ Farhan? Intan aku datang untuk melamarmu menemui orangtuamu, kau sudah terlambat farhan sebentar lagi aku akan melangsungkan pernikahan sambil mengusap airmata yang membasahi pipihnya. Kemana saja kau selama ini, aku menunggumu farhan, aku menunggumu. Intan aku tidak ada kabar beberapa hari itu karena aku belajar aku menuntut ilmu bagaimana cara menjadi suami dan imam yang baik buatmu dan keluarga kecil kita nanti, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau semua itu butuh ilmu dan aku sekarang sudah matang untuk berikrar didepan Tuhan. Dan ternyata Tuhan tidak berpihak padaku. Maafkan aku farhan. Hanya kata maaf yang bisa aku ucapkan kepadamu. Semoga kau mendapatkan wanita yang menjadi makmum mu dikemudian hari.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler