Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Karya Sastra

tepi

tapak kita sampai di tepi

sirnalah selangkah lagi

bermalam dulu disini, karena

tak bisa kita kembali

 

pilihan kini hanya

Sajak Mubtadha' Khabar

Sajak Mubtadhak-Khabar

segala yang susut di lidahmu

bertengger di tubuhku!

Annuqayah, 2011

 

kacamata

kacamata

kacamata..
teropong dunia..
kupandang wajah ceria..
saat diriku tiba..

Terima Kasih Atas Nikmat

Hidup ini nikmat
Aneka rasa dapat kita rasa
Pahit, manis, asin, gurih, asam dan nikmat
Aku bahagia bisa rasakan sejuta rasa.

POLIGAMI

Sebagai lelaki yang menyukai keindahan tak ada salahnya aku berkisah tentang keindahan hidup ini. Bagiku, hidup menjadi lebih lengkap saat kita berdampingan dengan orang yang kita cintai. Pekerjaan mapan dengan kedudukan menjanjikan, rumah gedong nan megah dengan harta nan melimpah tak akan berarti apa – apa jika sekeliling kita seperti " neraka " karena romantisme cinta tak pernah ada.

sajak bumi dan langit

bila bumi tak lagi mau menjadi saksi

maka biarlah air mata ini yang sampaikan pesan kasih

karena kini tak lagi ada air mata dalam tangisan

bahkan kata dalam suara

Mitologi Batu Kelamin

          barangkali, lebih dari seribu perempuan

pernah rendam separuh tubuhnya

di ceruk batu kelamin tanpa sesaji

kita dan kebekuan ini

dalam kegamangan kita terus berjalan

ke arah waktu pertama kali bertemu

lalu berpura-pura tertawa, mentertawakan

kepura-puraan kita

 

menjamu mimpi


secawan rindu kuenyahkan
terlempar lesu dalam kubang jalanan
minaret itu tak lagi tegak
keberadaannya membuatku pekak
sudahi, aku sedang tak inginkan hirauan

enyahlah!!!

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler