Kutuangkan sejumlah abjad abjad kita. Bersama lekukan nama nama kita. Ada banyak aksara bersejajar. Bersisian merangkai bunga bunga sempadan. Kamu datang. Aku menunggu. Lalu berjalan. Dan kita seiringan.
Seusia kita kini. Makin berkurang angkanya. Satu satu berguguran. Ditelan masa yang lari lintang pukang. Dengar. Kejar. Terkapar bersama hari hari kemarin dan tadi, baru saja.
Pertemuan kita adalah jarak terdekat. Diantara rimbunan daun yang jatuh seluas inilah pemandangannya. Berserak rindu. Bertebaran cinta. Membumikan riak riak rasa di dada.
Gelap kelam malam sudah membentang. Warna hitam yang diciptakan Tuhan untuk kita tempati bersama. Dan ... Kita sudah ada di pucuk pucuknya. Duduk berdua menghitung banyak kunang kunang. Bintang bintang yang malu malu mengintip dibalik awan membentang.
Kita, serupa langit membiru. Lapang dan luasnya tak berjarak oleh tatap mata kita yang beradu. Tentulah itu rindu. Sejauh jari jemari kita saling beriringan. Tak ubahnya perjalanan yang selalu kuimpikan.
Kamu, serupa bumi yang membentang. Ada banyak nyawa tersimpan di selubung paru paru. Mungkin ini tepisan perjalanan kisah kita. Timbul tenggelam dalam rupa rupa dupa.
Komentar Terbaru