Esok, kita kan berjalan menepuk halus bingar mimpi
Yang berdering banyak menyeru di kepalamu
Untuk sepotong kata bisu tertahan di pandangan kosong
Kau hadir dalam tanya yang membara
Aku Anak kemarin.
Belum tuntas aku belajar menulis,membaca, dan berhitung.
Aku anak kemarin.
Lidahku masih kelu untuk bicara dengan jelas.
Ke mana perginya anak-anak sungai?
Dulu kupikir mereka berlari dari rasa yang menghimpit
begitu bebas
lepas mengalir meninggalkan hulu
Kita hidup di era baru
Saat hati perlahan mengeras laiknya batu
Dan empati menipis digerus waktu
Bahkan malaikat pun melangkah ragu
Siang itu galau
Jam-jam sibuk
Dari kediamanmu
Aku yang lengang, terjebak
Pada halte yang tak semestinya
Ya, benar
aku melihatmu
kapal yang kukira hendak berlabuh
mungkin di suatu tepi pemberontakan ini
tapi katamu--
jalan hidup semacam ini tiada tepi
Ada sisa pagi yang masih berserakan
di antara halaman rumahmu dan memoriku
yang hanya sebesar setangkup tangan dewasa.
LELAKI YANG PATAH HATI
Seorang lelaki yang patah hati
mondar-mandir di taman belakang rumahnya.
Lingkar Mata di Pintu Gerbang
(ARSIP SAJAK)
Komentar Terbaru