Skip to Content

adri wahyono

Permata Haramku

Kehormatan. Ya, aku baru saja memaksa untuk memilihnya! Itu harus tetap ada padaku, pikirku. Walaupun kenyataan sebenarnya, kehormatan itu sendiri telah tak ada lagi, aku tak peduli, aku tak mau ini, aku tak mau !

------

Mesin Ketik Sang Penulis

Tiga orang duduk pada tiga kursi berbeda. Saling menghadap dan sebuah meja kuno bulat berada ditengah-tengah mereka. Satu orang tampak sangat bersedih. Tapi dua orang yang lain tampak berbeda. Beberapa saat tak ada perbincangan. Mereka saling diam.

Aku Wanita Lain

“Selamat pagi, Jeng!”

Ah, dia lagi!

Suami Saya Sudah Bangun?

“Ah, kau selalu begitu!” ujarnya sambil tertawa kecil. ”Kau belum puas semalaman dalam pelukku?”

---------

Erma Si Janda Muda

Menjelang Maghrib, di Terminal Bus Giwangan…

Di jalur keberangkatan ke Banyuwangi telah siap dengan mesin menyala, sebuah bus Patas AC. Ah, bukan soal tarif! karena sama saja dengan bus ekonomi. Tapi bagi Hardi, sulit membayangkan, duduk semalaman dalam perjalanan panjang di atas bus tanpa merokok…kelu dan asem !

Auraku, Darah Perawanku

Apa yang akan kau rasakan ketika sebagai bunga kau kau telah beranjak layu, tapi…kau belum juga dipetik ? situasi yang bagus menurutmu ?

Lelaki Muda Pembuat Sayap

Seorang lelaki muda tengah berada di dalam kamar pengapnya, ia baru saja merangkai apa yang sejak lama ia buat dan itu belum lagi selesai. Sebuah sayap…maksudnya sepasang sayap yang ia sangat berharap akan bisa terpasang dipunggungnya, dan bisa ia pergunakan untuk terbang. Terbang setinggi elang untuk meraih mimpinya.

Atas Nama Hening

Jauh dalam keheningan…dalam tingkah instrumen alam bersahutan menguntai harmoni
Menyulam nada silih berganti, saling susul dan tingkah meningkah

Perempuan Cantik Dan Suaminya

Suara lembut tapi misterius itu kembali memanggil-manggilnya…

“ Mita…”

“ Mita…”

Mita terbangun, menajamkan pendengarannya untuk memastikan suara itu bukan dari pikiran atau dari dalam hatinya. Suara itu ada…nyata! dan terus memanggilnya.

“ Mita…”

“ Mita…”

Sang Tamu

“ Kulonuwun…”

“ Kulonuwun…”

Pak Ratno keluar melalui ruang tamu untuk melihat siapa yang bertamu.

“ Mangga…” Pak Ratno menjawab meskipun belum lagi sampai di pintu dan melihat siapa yang bertamu pada saat tanggung Maghrib begini.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler