Skip to Content

Antologi Musafir: Titik Awal Cinta Kita

Bayang-Bayang Hitam

-bagi mereka para tersangka teroris-

 

entah sejak kapan persisnya,

rumah kita bernama indonesia

jadi petak-petak sawah kedengkian

Noktah Hitam Kehidupan

dia datang:

kita berdoa meminta sejumput ampunan

munajat khusyu merayap penuh harap

doa pendek yang lengang terus saja memanjang

Melepas Kata

: pada sutardji calzoum bachri

 

ada yang mau mengembalikan kata

kedalam muasalnya

Menunggu Kekasih

kekasih,

aku menunggumu di batas senja

sambil tengadah memandang langit

berwarna kusam memerah jingga

dimana engkau sebenarnya?

kekasih,

Keraguan

entah sejak kapan, kita selalu

diselimuti keraguan,

dan senantiasa berkata:

satu ditambah satu

semoga saja dua

 

Was-Was

was-was kandas di tepi batas
melepas panas menggila yang beringas
makin berkeping kaca bergelas-gelas
lemas makin kuat saja meremas-remas
apa yang bisa digenggam tangan terhempas?

Putus

di musim penghujan ini,

tak ada lagi yang bisa dicerna

sebab mimpiku dan mimpimu

telah membeku jadi butiran salju

meski padang lapang dan langit tinggi

Perjalanan Ini Harus Kau Tempuh [-sekerat nasehat untuk diri sendiri dan sahabat-]

”Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya

dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Muzamil: 8)

Saudaraku...

Menunggu Kekasih

kekasih,

aku menunggumu di batas senja

sambil tengadah memandang langit

berwarna kusam memerah jingga

dimana engkau sebenarnya?

kekasih,

Nasehat untuk Seorang Kawan

kawan,

sebelum puisi ini engkau baca,

camkanlah: dalam hati ada puisi

dan puisi ini hanya sekedar salam pembuka

bagi rintik hujan yang tak kunjung reda

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler