Skip to Content

Antologi Musafir: Titik Awal Cinta Kita

Kapal Tua

kapal tua

oleng menyeret usianya sendiri

tubuhnya yang ringkih makin merenta

dijamah ribu tangan durjana

yang lupa balas jasa

...

kapal tua,

Dogma Atheis

setiap mula  berawal benih telanjang

 

tak tahu serabut atau tunggang

akar yang menancap di perut bumi

 

nasib usang dari permulaan

Tentang Garuda -di dadaku, di dadamu, di dada kita-

garuda di dadaku:

sebab kupahami, bung karno dan bung hatta

jadi pendiri bangsa, mewakili juta keringat, darah

dan airmata yang menetes ke pangkuan persada

Hidangan Penutup -pesta cinta kata-kata kita-

jika engkau pernah mendengar pepatah:

“tak ada rotan, akar pun jadi”

semoga puisi sederhana ini

bisa jadi pengganti dari rasa sesal

Saat Matahari Terbit

saat matahari terbit...

ada burung berkicau merdu

banyak yang senang mendengarnya...

namun, tak sedikit yang merasa terganggu

 

Lelah

lelah aku bergelut dengan puisi

makin dilawan makin merangsek arti

makin diserang makin gelisah hati

 

lelah aku bergelindan dengan puisi

Engkau yang Paling Mengerti Aku

kemana aku akan lari?

sedang engkau menjagaku setiap waktu

 

kemana aku akan sembunyi?

sedang engkau iringi tiap langkahku

 

Sajadah Panjang

bintang memijar

di hamparan ilalang

langit menangis

di padang gersang

..........

rumput tertunduk

takzim mengamini

angin membelai

Penyair dan Sajaknya

penyair dan sajaknya laksana,

matahari dengan cahayanya

bumi dengan kehidupannya

tanpa penyair sajak tak akan ada

tanpa sajak penyair merasa hampa

 

Tidak Seharusnya Engkau Cepat Pergi*)

Kekasihku,

puisi telah selesai melukis mimpi kita

tepat saat  kau tabur bunga kemboja

di atas pusara duka

 

kekasihku,

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler