“Goool,” Bang Ari berjingkrak setelah kembali membobol gawang Redi. Dan ini sudah yang ke lima. Wajah Redi merah padam. Seperti biasa, kekalahan adalah hal yang sangat tidak bisa diterimanya.
Redi mengayuh sepedanya dengan kencang. Jalanan yang menurun mempercepat laju sepedanya. Tapi dia masih terus saja mengayuh dan mengayuh lagi. Desiran angin seolah akan menerbangkannya. Ransel di pundaknya sesekali terlonjak ketika roda-roda sepeda melintasi jalan berbatu. Namun dia seakan tak merasakan itu. Redi terus saja mengayuh.
Komentar Terbaru