Skip to Content

Cerpen

Catatan yang Hilang

            Langit muram, angin yang bertiup menelisik sebagian ruang hati terasa seperti beledu. Suara-suara menelan kesunyian yang sedari tadi membekamnya. Tak ada harapan, seakan ini adalah ahir sebuah pengharapan.

Sakit yang Penuh dengan Kepalsuan

BRUK!

Aku melemparkan tubuhku ini di tempat tidurrku yang mungkin hampir mau roboh. Namun aku tak memperdulikannya, aku hanya tak bisa lagi menahan tangis yang telah menumpuk di pelupuk mataku ini. Dan akhirnya tangisku pun pecah di balik bantal tanpa henti.

Membuat Kemenangan Bersejarah

Namaku Gusno, bukan Kusno, nama kecil Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Kisahku memiliki awal yang sangat sederhana. Sebagai anak petani, miskin, dan kurang pergaulan, aku memiliki semangat dan tekad sangat tinggi. Kampungku sangat sempit, terisolir, dan sering dinamakan orang “kampung sembunyi”.

Cot Lamkuweuh

Kubuka kembali catatan duka itu setelah kupendam 2,5 tahun lebih sedikit. Ada yang kutoreh pada lembar 27 Desember 2004 menjelang siang itu, ketika kuarungi lautan puing kehancuran sebuah peradaban, menyisir lautan mayat yang bertebaran, tumpang tindih, tersangkut-sangkut, terhimpit-himpit di antara sampah dan reruntuhan, untuk menujumu Cot Lamkuweuh.

Hidupku Cukup Sehari Saja

SORE itu, karena merupakan bagian dari hari yang tak kuinginkan, kubenamkan saja hidupku pada detak jam di laptop. Kutatap jam itu, marah benar aku padanya; eih, engkau sengaja menyiksaku ya? Di luar sana, langit yang tadinya hitam sekarang menurunkan hujan. Deras. Kemarahanku mereda. Dan jam laptop lepas dari penjagaanku. Kulangkahkan kakiku ke jendela.

Sang Penggugah

Bertemu dengannya, pertama kali, ketika Aku mengunjungi kampusnya untuk sebuah urusan organisasi. Saat itu, Aku dan Maria masih berada di dua keranjang yang berbeda; Aku dengan dunia pergerakan, sementara Maria dengan dunianya, hedonisme.

Ketika itu, Aku mengenal Maria sebagai seorang perempuan dengan orientasi pendek; kuliah, pacaran, dan harapan mendapat pekerjaan setelah tamat.

Seorang Lelaki Dan Sangkar

Di kota ini ialah satu-satunya lelaki ilalang pembuat sangkar, yang masih bisa tersenyum manakala hari sudah beranjak petang dan tidak ada satu pun sangkar burung terjual.

Igau-Igau Desember

Igau-igau sekali ini menceracau lagi pada Desember. Runut merunut pada ratusan ribu tahun yang terlampaui telah mengatupkan Desember di selingkar kelam kelabu sejarah kampung kami. Edar bulan dan gerak bintang kala masuk Desember telah memetakan pilu petaka yang mencelaka selingkup tanah kampung kami. Pendar-pendar segenap hari Desember bersuka ria mencibir-cibir kami, biar kami abadi dalam kenangan kecut terkurung takut.

Peri Biru

      Tak diragukan lagi ketika aku masih kecil, akulah yang kalian maksud sebagai… berbeda. Yah, itu aku El Sahbana. Bersama keluargaku, aku tumbuh dengan rasa kasih dan sayangnya. Ibuku tipe orang yang cintanya dapat membunuhmu jika kau tak berhati-hati. Kurasa dia menyalahkan dirinya ketika aku lahir tiga bulan premature.

Love In Valentine's Day

Disebuah kota kecil yang damai dan dikelilingi dengan kebun teh yang hijau, terdapat sebuah asrama sekolah yang dihuni oleh sekelompok siswa siswi kelas satu sampai kelas tiga tinggal disana. Asrama itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu asrama putra dan asrama putri. Setiap kamarnya terdiri dari tiga orang siswa maupun siswi.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler