Skip to Content

F. Rahardi

MIGRASI PARA KAMPRET F. RAHARDI SINGGUNG JUGA WARTAWAN

Penyair kondang dengan sebutan “manusia singkong” lantaran puisi-puisinya tentang rakyat kecil, F. Rahardi, kembali meluncurkan kumpulan puisi terbarunya, Migrasi Para Kampret. Bersama penyair lainnya, di antaranya Jose Rizal Manua, Senin lalu (5/7), di TIM ia membacakan beberapa puisi terbarunya.

ULASAN TUYUL

K A N D A I
Volume 6 No. 2, November 2010 Halaman 172–182

BERMAIN-MAIN DENGAN TUYUL: EKSPERIMENTASI MBELING
F. RAHARDI DALAM KUMPULAN SAJAK TUYUL

(PLAY WITH TUYUL: NAUGHTY ’MBELING’ EXPERIMENTATION
F. RAHARDI IN POEMS COLLECTION TUYUL)

RAHARDI: BUKAN AKAL-AKALAN

TAHUN lalu, nama F. Rahardi sempat menjadi perbincangan ramai gara-gara dia membacakan kumpulan sajaknya  Soempah WTS di Teater Arena, TIM, Jakarta. Sajak-sajak yang dibacakan penyair kelahiran Ambarawa tahun 1950 ini, cenderung nakal dan konyol, tapi tak berarti dia tanpa misi.

F. RAHARDI BATAL BACA SAJAK, HARDI MENGUNDURKAN DIRI

Jakarta, Prioritas

F. Rahardi, penyair yang dilarang mementaskan sajaknya Catatan Harian Sang Koruptor di Taman Ismil Marzuki (TIM), Januari lalu, kembali gagal untuk membacakan sejumlah sajaknya yang direncanakan 25-26 September di tempat yang sama.

DARI BACA PUISI F. RAHARDI: KARYA YANG TANPA PERSIAPAN

Lagi-lagi F. Rahardi kena sensor. Empat dari sepuluh puisi yang rencananya akan dibacakan di Karya Graha Mahasiswa IKIP Semarang, Sabtu malam lalu (31), dilarang dibacakan oleh yang berwajib. Akhirnya F. Rahardi hanya membacakan 6 puisinya secara ala kadarnya. Kenapa penyair mbeling ini menyamakan penyair dengan tukang becak dan puisi tak ubahnya dengan kentut?

POTRET; F. RAHARDI

Pertama kali berjumpa dengannya, orang tidak akan punya kesan khusus. Wajahnya biasa-biasa saja. Kulitnya gelap seperti umumnya kulit orang Indonesia. Perawakannya cenderung kecil dengan kaca mata selalu bertengger di atas hidungnya. Sebuah kesan umum yang biasa-biasa saja.

PUISI F. RAHARDI; SEBUAH KRITIK

Seorang penyair muda yang produktif, F. Rahardi memang cukup menarik untuk disimak kreativitasnya (Suara Merdeka, 27 Desember 1991). Telah lahir beberapa buku kumpulan puisinya yang mengalir begitu cepatnya seperti Catatan Harian Seorang Koruptor, Silsilah Garong, dan Tuyul.

WAWANCARA DENGAN PENYAIR F. RAHARDI

Nyaris Minta Rekomendasi Sejumlah Bekas Koruptor ….

SETELAH RAHARDI GAGAL TAMPILKAN WTS DI TIM

Toety Heraty : “Solidaritas Sesama Kaum Wanita Saja” ; HB. Yasin : “Apakah Penonton TIM Sudah Siap Menerima Kehadiran WTS” ; Wahyu Sihombing : “Menampilkan WTS, dengan Maksud Promosi” ; Imam Dhipo : “DKJ Tidak Mendidik”.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler