Skip to Content

Muhamad Ridwan N

Sungai Embun

Berjalan ku menapaki setiap jalan aspal yang penuh kerikil, meneti setiap pohon-pohon duri yang teruntai melintang di muka fajar yang kian ku pijakan langkah ini kian dalamlah duri itu menancap. Mencium setiap amisnya cucuran darah yang memenuhi kaki jalan. Meneruskan rasa perih dan jijik ini hingga ke perapianku.

Pangkas Waktu “Anak Monyet”

Di telaga pelangi yang dihimpit megahnya istal langit, tempat para bidadari melepas sayapnya tuk menanggalkan sisa luruh nafas yang tercengang, dari sana lah aku berasal. Dari para bidadari itu aku banyak mendengar cerita-cerita dan kisah hidup di dunia, bahkan seringkali aku mendengar cerita yang tak sempat ku lihat dalam mimpi burukku dan juga tak sempat hadir dalam ketakutanku.

Berbincang Dengan Sepi

Ketika hari menanggalkan jubah lembayungnya dan mengenakan pakaian hitam kebesarannya aku melihat sepi merangkak menuju ranjangnya sambil membawa mahkota yang bertatahkan berlian surya ia berbaring

BAIT TERAKHIR

Kau bualkan ribuan kata-kata yang berjerit

Kau susun jutaan nada-nada yang berbuih

Aku yang mengumpulkan sisa-sisa kenangan yang bercecer di sini

di setiap sudut kota yang menjadi altar memori

Untaian Kesepian

Ketika aku berjalan dalam kesepian, melewati dinginnya hutan kebencian, menuju rumahku yang tlah lama ku tinggalkan demi mencari apa yang tak a

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler