Skip to Content

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (5)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (5)

mardiana-kappara.blogspot.com - Lantunan Yasin menyambut kedatanganku dari berlian. Seno dan Rahmat yang mengantarkan dengan Pick-Up kantor. Kudapati tubuh Bunda telah terbujur kaku di tengah ruang tamu kami. Bapak khusyuk membaca Yasin, hanya kakak yang menyadari kedatanganku. Alif tampaknya sudah datang dari Jakarta.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (4)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (4)

mardiana-kappara.blogspot.com - Rencana untuk masuk kantor di hari kedua dibatalkan. Mendadak Bunda jatuh sakit. Beliau tidak sadarkan diri di kamar mandi. Bapak yang menemukan ketika bangun hendak sholat subuh. Tubuh Bunda tergeletak begitu saja di lantai. Entah berapa lama, Bapak juga tidak paham betul. Segera Bunda kami larikan ke rumah sakit. Tidak ada orang di rumah.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (3)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (3)

mardiana-kappara.blogspot.com - Kabupaten Berlian merupakan daerah lintas. Tidak terlalu banyak perkembangan berarti semenjak sepuluh tahun terakhir. Pembangunan kolam renang saja dilarang keras pemerintah karena suatu alasan tertentu. Berlian menurutku salah satu kota yang terhitung panas di Provinsi Jambe. Aku resmi ditempatkan perusahaan di salah satu pos di kabupaten tersebut.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (2)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (2)

mardiana-kappara.blogspot.com - Begitu nyenyak barangkali aku telah tertidur. Sebuah tepukan lembut di pipiku memberikan kesadaran yang entah seberapa lama mengambang di udara.
"Anda sudah tiba, bu," sebuah teguran ramah perempuan berseragam putih seterbukanya mataku.
"2005?"
Dia mengangguk dengan tetap tersenyum.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (1)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (1)

mardiana-kappara.blogspot.com - Belajar membuat novel. Mungkin belum pantas disebut novel. Anggap saja CERBUNG (Cerita Bersambung) di blogku mardiana-kappara.blogspot.com

"Sudah bulat betul niatmu ini?"
Laki-laki itu menatapku tajam.
Raut wajahku tak bergeming. Sedikitpun aku tidak merasa kasihan.
"Anak-anak bagaimana?'
Aku mendengus pelan.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler