Skip to Content

Pramoedya Ananta Toer

Kisah Tumiso, Eks Tapol Pulau Buru yang Menyelamatkan Naskah-Naskah Karya Pramoedya

Penggemar karya-karya Pramoedya Ananta Toer layak berterima kasih kepada Tumiso. Tanpa dia, dunia sastra Indonesia belum tentu bisa menikmati novel-novel masterpiece Pram di Pulau Buru.

Diskusi soal Pramoedya Ananta Toer di Bojonegoro

Karya-karya Pramoedya Ananta Toer bisa dikatakan menjadi bacaan wajib anggota Komunitas Atas Angin di Bojonegoro.

Tepat pada tanggal 30 April kemarin, merupakan Haul Pramoedya Ananta Toer yang ke-10. Beberapa anggota Komunitas yang aktif dibidang literasi (baca-tulis) itu kemudian membuat forum kecil untuk melakukan refleksi.

Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer Jadi Kajian di Eropa

Para sastrawan dan kritikus sastra di Eropa mendirikan pusat studi bernama "Teaching Pram in Europe" di London, Inggris, untuk mengkaji karya sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.

Feminisme dalam Karya Empat Penulis Indonesia

Empat penulis, Sutan Takdir Alisjahbana (STA), Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Putu Wijaya dan Pramoedya Ananta Toer dianggap memiliki pandangan feminis. Setidaknya, itulah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia UNY, Wiyatmi.

Novel Pramoedya Diilhami Tokoh Perempuan

Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Muhamad Adji mengakui bangunan cerita novel Pramoedya Ananta Toer banyak dibentuk oleh tokoh perempuan.

Bumi Manusia

Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh

Pramudya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.

Hikayat Siti Mariah

Hikayat Siti Mariah merupakan satu-satunya karya sastra pra-Indonesia pada zaman tanam paksa (cultuur stelsel) antara tahun 1830-1890.

Buku ini karangan Hadji Moekti. Tidak diketahui siapa sebenarnya Haji Moekti, tidak diketahui juga apakah nama samaran atau nama sesungguhnya.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler