Skip to Content

prosa lirik

Tentang Hal Memberi Nilai

Adalah karma yang kubawa ketika hilang bayangmu. Menjauh dari segala aspek kemanusiaanku. Kendali hasrat yang tak kuasa pada jiwa yang meronta. Lalu apa?. Pertanyaan tanpa ujung tentang tuhan dan setan dan kita menolak semuanya. Kita tidak lagi mengenal hitam dan putih. Ketika sadar bahwa persepsi kita melintas batas tak ada ujung pangkal yang pasti.

EA (judul sementara)

SAJAK WAYANG [teruntuk mereka pelaku sandiwara]

/1/

semua cerita berawal batu

batu mati terbujur kaku

kaku yang tidak menipu

 

/2/

sajak ini dibawa angin

mengalir dari pusaranya

bersama hembusan melena

 

/3/

sri rama titisan wisnu

diberitahu garuda jatayu

akan segala muslihat tipu

SECARIK KERTAS DI SAKU BAJU

sorot mata perempuan itu tersaput kabut menggelegak

magma di dapalung dadanya sesekali bergemuruh lindu

pada saat tak terduga siap dimuntahkannya material panas

AIR MATA SIA-SIA

Air mata sia-sialah mengaliri pipimu ketika dusta menjerat langkahmu. Keukeuh engkau membela

KARENA AKU JUGA LELAKI

kau eram rindu sepikulan beban pada lelaki pencuri

hati dan waktu luangmu hilang percuma sebabnya

kemaruk tak berkesudahan menetak setiap inci tubuhmu

BENTANG

kupilih sunyi dan sembunyi sebab engkau

ingkar pada bentang jarak tercipta sungguh mustahil ratapmu

engkau pelihara dendam itu dalam kesumat air mata

sia-sia

KITA DALAM SEBUAH MEMOAR

di bawah tebaran gerimis sore merangkak pucat

wajah kita bersitatap dalam geletar asmara porak di pelataran

kita embuh jiwa putus asa sembari menyulam harapan kelak

si hijau yang bunuh diri

Dia datang dan selalu datang. menyanyat kulitku dengan lembut dan melindasi tubuhku dengan sentuhan yang halus. aku terdiam menikmatinya dengan kesesatanku. Tubuhku yang meliuk dan membentuk gadis dengan jelas membuat mata yang di udara menatapku. Aku indah dengan balutan hijau bajuku. Aku cantik dan mereka yang melihatku histeris. Histeris dengan keadaanku kini.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler