Skip to Content

puisi hati

Riak Ombak Mata

Percik api itu sengaja dinyala,
Seuntai sumbu dengan temponya mulai mendesis, menderik.
Nuansa hampa dibius gelisa,
Lepas dari ancang busur, panah-panah berontak memutar balik.

Persecuted in the Vastness of Introspection

Standing in between the walls of the abstract

Eyes sliced with the glare of light in

Cruel smokes from stomach ashtray

Entering the imagination gap that still a virgin

Aku dan dia (13 November)

Pertama ku bertemu, aku acuh ‘tak acuh
Rupanya pemalu, tak begitu menarik
Aku baru saja tahu keberadaanya
Dengan melempar sedikit lirik

MeNuNGGu SaaTNYa HaTi JaTuH LaGi

aDa GuNDaH YaNG TeLaH PeRGi
aDa ReSaH YaNG TaK LaGi KuPeDuLi
aDa RiNDu YaNG TeLaH KuBiaRKaN MaTi
DaLaM HaMPa KuiNGiN MeNiKMaTi HaRi HaRi

Satu Rasa

Kita lahir dari rahim kegelisahan yang sama
Dibesarkan dalam rentang plasenta waktu yang berbeda
Kita pernah sama berada di sudut menikmati larut

kama

aku hanya ingin angin sampaikan ini padamu
rasa yang bahkan aku sendiri tak tau

NaSiB HaTi

aKu TaK FaHaM
aTaS aPa YaNG KuaLaMi SaaT iNi
HaTiKu TeRKaDaNG BeRHaRaP

Calla Lily

Oleh Faqih Hindami

 

 

Kita melangkah berdua.

Keluar dari pekarangan.

Bicara hidup. Bicara tentang cinta yang kalis.

Tanpa ketawa, tanpa kecewa.

Melangkah pelan. Kita abaikan juga

Cemburu dan kegamangan

 

Di tengah jalan yang tak pernah terduga,

Ratapanku jatuh pada percakapan tanpa makna

Yang mengantarkanku ke pintu ruang emosi.

kosong

 

Pernahkah kau berpikir ingin berlari tapi tanpa tahu setelah itu.

Pernahkah kau merasa  tempat kau dan aku berpijak, tak mendamaikan kita.

Ku berkesimpulan ada saat kita perlu pergi dan tak usah kembali.

Tempat kita hidup sarat dengan temali yang kusut.  Kekusutan yang terkadang kita juga mengambil peran.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler