Skip to Content

Puisi Kehidupan

guncang

sepertihalnya bencana yang begitu dahsyat

mengguncang

memporakporandakan

membuat diri terpelanting

yang sekuat apapun tangan berpegang

tumbuk

tumbuk

petani jawa memberi sebuah istilah tumbuk

adalah saat matahari ada digaris tengah

dan puncaknya matahari di titik tengah

pada tengah hari

kesibukan

kesibukan ini telah menghempaskan kita

jangankan untuk runduk pada-Nya

nikmatnya makanan aja tiada terasa

apa lagi pulasnya tidur

jenaknya beristirahat

hambar

kalaupun seribu kali engkau berkata cinta

tiada akan terasa dalam sanubari ini

karena kedekatanmu hanya fisik belaka

bahkan sampai di atas ranjangpun

tinggalkan aku di sini

tinggalkan aku di sini

aku tak lagi lincah bergerak

aku akan belajar menguari langkah dengan diam

siapa tahu aku akan melampai langkahmu

Lhoh......

lhoh........

aku kira engkau hanya bercanda

bermain

dan sekedar melampiaskan kesepian

tapi kian lama kok kian mesra

hingga aku terperangah

kebesaran jiwamu

ternyata kebesaran jiwa tetap menghias hidupmu

senyum yang senantiasa mengembang

aura yang senantiasa ceria

tentu merupakan pantulan keikhlasan hatimu

suara lirih bersama hembusan angin

terdengar suara lirih bersama hembusan angin

menerobos jendela yang tengah terkoyak

bahwa genggam keteguhanmu akan terlepas

entah apa yang menyebabkan

suara hatimu tetap di sini

kenapa seringkali engkau palingkan hati

padahal suara hatimu tetap di sini

dan sungguh nampak engkau tetap di sini

sorot mata yang engkau pancarkan

pedih

yang membuat hati ini pedih bukanlah kata-kata

tetapi perilaku yang tak lagi bersahabat

pandangan mata yang menistakan

dan menganggap diri sendiri yang berjasa

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler