Skip to Content

Puisi Kehidupan

kebesaran jiwamu

ternyata kebesaran jiwa tetap menghias hidupmu

senyum yang senantiasa mengembang

aura yang senantiasa ceria

tentu merupakan pantulan keikhlasan hatimu

suara lirih bersama hembusan angin

terdengar suara lirih bersama hembusan angin

menerobos jendela yang tengah terkoyak

bahwa genggam keteguhanmu akan terlepas

entah apa yang menyebabkan

suara hatimu tetap di sini

kenapa seringkali engkau palingkan hati

padahal suara hatimu tetap di sini

dan sungguh nampak engkau tetap di sini

sorot mata yang engkau pancarkan

pedih

yang membuat hati ini pedih bukanlah kata-kata

tetapi perilaku yang tak lagi bersahabat

pandangan mata yang menistakan

dan menganggap diri sendiri yang berjasa

kenapa mesti membisu

kenapa tiba-tiba engkau diam membisu

tak lagi menjawab apa yang sedang aku tanyakan

sementara kerling matamu tetap mengintaiku

tatapanmu seperti sedia kala

ia tetap hidup dalam diam

bila kembang-kembang tak lagi rajin berbunga 

dan meluruhkan daun-daunnya 

jangan segera kau anggap ia tak akrab lagi 

dan enggan untuk menemani 

kembali belajar menahan diri

hari ini kita kembali belajar menahan diri

kita sama-sama menjaga kehormatan diri

gejolak hati yang masih begitu bergemuruh

kita genggam erat dan sembunyikan

mari kita rengkuh kembali

kembali kita menelusuri jalan yang telah kita lalui

untuk menemukan kembali keteduhan 

kembali kita siram benih yang telah kita tanam

siapa tahu akan tumbuh kembali

bukan karena jemariku yang lunglai

ingin kugoreskan ujung pena di atas kertas putih

tapi ternyata aku tak sanggup lagi menggoreskannya

bukan karena jemariku yang lunglai

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler