Algojo Kemarau
Senso di kiri, api di kanan Meraung, mengaum dan berontak kepada tuhan. Meninju sorga, membungkam langit dengan warna jelaga.
Senso di kiri, api di kanan
Bumi Mummi
dimana tanah-tanah yang pernah telanjang? wahai belantara yang pernah perawan, dan udara yang pernah sebaik-surga menyusui bunga-bunga di ladang!
Sekeping Surga di Rahang Neraka
di kolong cuaca busuk, sepotong matahari meleleh. Menangisi sebentang telaga pucat yang mimpinya seburuk prosesi bangkai.
Kemarau Toba
Dan Danau itu pun mendidih. Bebukit menghitam.
Tortor Udan
Hupio ma ho, hutonggo.
Hupaelek-elek, Hupasiuk siuk o ombun nasumorop!
Madabu ma ho tu Punsu di robean marurus tu tapian.
Rumahku rumah terumbu karang
kotaku kota terumbu karang
tak mudah kotaku terbangun
tak mudah pula rumahku didirikan
kota yang sibuk rumah nan indah
Tak lagi bebatuan berlumut di kakiku
Tak ada lagi alang-alang menyejukkan batangku
Ketika helaian rambutnya telah memutih di makan usia
kulihat ibuku menangis tersedu pilu di tepi rawa-rawa sunyi
air matanya deras jatuh mengalir menjadi ribuan anak sungai
Dalam syair kehidupan anak suku laut di kala senja, ada senandung dimana kita harus menyimaknya dengan hati, syair kehidupan yang berdendang selalu dari masa ke masa, sisi ruang hati tempat nurani
Komentar Terbaru