Skip to Content

Puisi Mata Hati

RAWA-RAWA SUNYI

Aku terdampar di rawa-rawa sunyi tak berpenghuni

dimana kesunyiannya tak lagi mengalunkan ombak resah

sejauh mata memandang terlihat rerumputan menghijau

Jam Dinding

Malam sunyi malam berdetak 

Suara jam dinding berdetak-detak

Detik detik waktu terasa menghentak

 

Entah seberapa lama ia telah berlalu

Daya Upaya dan Kekuatan

engkau boleh saja berkata sebagai pemilik segenap jiwamu

segala daya upaya dan kekuatan yang ada pada dirimu

dengannya engkau telah berbuat banyak selama hidupmu

Berlari

Dalam kegelapan dunia berawal

dan dalam kegelapan pula ia 'kan berakhir

di sela-sela dua kegelapan itu kita hidup

 

Melukis Awan

Melukis awan di langit kehidupan

dengan tangan hati berkuas angin

pada kanvas hasilnya berubah-ubah

 

Gumpalan awan putih kadang berubah menjadi gelap

Kisah Sufi Muda dan Angin

Suatu waktu seorang sufi muda berkata kepada gurunya

Katanya: "Beri aku ilmu untuk memerintah angin"

Ketika angin pun datang dan siap diperintah

Kata-kata

mulut adalah kata-kata

hidung adalah kata-kata

telinga adalah kata-kata

mata adalah kata-kata

kulit tubuh adalah kata-kata

hati adalah kata-kata

Kontemplasi

Sekian lama tak kulihat dinding waktuku

Tersimpan dalam selubung tirai sutra biru

 

Ketika kusingkap, kudapati pesan-pesanmu

Burung-burung terbang melintasi senja

Di ufuk langit senja segera 'kan berlalu

Lembayung perlahan pudar dan gelap kian merambat

Matahari perlahan menghilang di kejauhan

Berlayar

Dalam kegelapan malam

dingin menggigit menusuk tulang

 

Hati mengikis sunyi melukis mimpi 

berlayar dikeluasan samudera hati

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler