Skip to Content

Puisi Politik

ANJING KAMPUNG

Angin kebencian di kampungku sedang bertebar

Bara permusuhannya berkobar-kobar

LANCANG KUNING

Lancang kuning 

O lancang kuning Si Kapal Layar

Lupa suara Nafkah

Suaramu lantang melawan kebijakan

Tindakanmu serupa dengan kelantangan

Berjas mewah penuh arti

Berikat lambang dikehormatan

Ingin Robohkan setan mengangkang

Penjara Seni

jangan cari apa yang kusembunyika

Tanahku Tanah Air Mata

Yang terluka tetap saja ada, dari rahim hingga sakit mencekik tak bersuara
radang tumbuh dalam mata, lebih terdengar-karena ia saudara

Serdadu Politik

Hai Bung...!
jangan ludahi janji di atas lidah yang tak berakal
jangan kau gigit sumpah dalam kitab tak berdebu

Doa untuk Indonesia

Indonesia,

terus merangkak

 

Tidak mampu tumbuh dewasa

karena tidak punya Ibu kandung

yang mampu menyusui

maupun

Presiden Tidak Pantas Murka

Banyak orang bilang,

Presiden sedang murka.

 

Benar-benar murka

pada sesuatu.

 

Sesuatu yang sepatutnya

tidak perlu dimurkai

BBM Jual Mahal

BBM jual mahal,

macam kacang lupa pada kulitnya.

lupa pada asal usul

dari perut bumi

ibu pertiwi.

 

Cuma karena sudah disentuh

Tasripin

Salahkan siapa, Pin?

Kalau nasib harus jadi piatu di usia belia

Lalu Bapak kerja ke Kalimantan, meninggalkan diri beserta adik yang harus

dinafkahi saban hari.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler