Skip to Content

Puisi Protes

LAPAR

karena lapar

dan tanah air

tak lagi mampu

memberi makan

karena tergusur

lalu banjir dan longsor

silih berganti menggempur

RUANG

kuberi kau ruang

di bungker pengap

berasap mariyuana

bermain bersama

sodom gomorrah

 

kuberi kau tempat

mengurai riwayat

SIDANG

dinegeri liliput negerinya para korup
ada sidang dengar pendapat
oposisi membentak-bentak
seraya mengendus-endus
menuding-nuding dengan telunjuk
didepan hidung menteri liliput

Hanya ada satu kata: Lawan (Tentang Wiji Thukul)

Seruan di atas, pastilah bukan kalimat yang asing di telinga, terutama bagi orang-orang yang pernah terlibat di dalam aksi-aksi jalanan. Di antara kita, bisa jadi ada yang sering melontarkan seruan tersebut, tidak hanya dalam aksi, mungkin juga dalam pertemuan-pertemuan atau dalam pembicaraan santai sambil ngopi dengan beberapa kawan.  

Membaca Wajah Indonesia

aku tak tahu lagi apa harus dikata

membaca wajahmu, Indonesia

tak henti bersolek, namun tak pernah lenyapkan berbagai luka

bahkan kurasa semakin terbuka saja

Dusta Para Politisi

banyak orang pintar di sini

makan bangku sekolah tak cukup sebiji

tak puas jadi akademisi beralih profesi

terdamparnya menjadi politisi

hobi menebar janji-janji

13 tahun lalu

13 tahun lalu,

dalam tidur yang belum tuntas

terdengar samar pidato dari radio

segera membangkitkan gairah

benarkah pendengaran ?

.

Bila Penguasa Bicara

bila penguasa bicara

sesungguhnya ada aliran darah ratusan juta jiwa

yang turut dipertaruhkan di dalamnya

maka,

menjadi penguasa tidaklah boleh asal bicara

Aku Belajar Untuk Tidak Percaya

bagaimana mungkin percaya

bila dirimu sendiri yang telah mengajarkan ketidakpercayaan

 

ketika tanah direlakan, dengan rasa bangga sebagai warga

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler