Skip to Content

Puisi Religi

Perjuangan

Malam menepi di ujung subuh

Aku terjaga, seraya merangkak menepis dingin

Dari tempat tidur, toilet berbatu,

hingga membeku di mimbar

Shalat serta dzikir

Malam Bergema

Sore ini sempat ku pikirkan tentang malam

Hanya senyum dan mimpi yang kutawarkan padanya

Bukan lukisan atau dara cantik yang hiasi alam ini

Horarium

 

HORARIUM, 1

Kulinting namamu, Mempelai

(dengan desiran angin, dengan bisikan

lembut liukan anak sungai).

 

Ruang Ini

Mazmur bagimu membubung

meninggikan dirimu mengatasi langit

di ruang berpintu kaca ini

kemuliaanmu mengatasi bumi

seberkas kipasan angin

meniup tengkuk

Jam Sembahyang

Abdi menghantar hati

membawa jiwa

menabur doa

 

Benarkah hati 

sungguh terarah?

bukan terpukau

status sosial

Perempuan Penenun

Senja turun

rintih burung menyesali 

angin kering yang cepat datang

perempuan itu menenun lagi

terlalu gerah menenun di kala siang, katanya

SENJA BERTEDUH

Senja berteduh.

Pada seraut hujan.

Tinggalkan tanda kehidupan.

Dan seraut ihsan dalam tidurku.

 

Pergilah fana.

DAN TITIK TIGA

Dan . . .

aku mendapati dalam sunyi

keberadaan waktu dan diri

hati yang terjaga dalam tulus

menguntai kalimat dalam keteduhan

 

Bapak Ibu Cinta ( Sebatas Sadarku )

Gryllidae menautkan nada

Bertambah tinggi mengikut

Suhu kota...

Yang laki memikat wanita

Dan menolak laki lawannya

 

Jam dinding...

Terus berdetak mengeliling

Tahu waktu mawas diri

Melirik sedikit mengawasi

 

Aku...

Tepekur disini

Terkapar terjebak

Rutinitas...

Malam Ajaib

Langkah kendara nya adalah sejauh mata memandang

Seluas padang pasir yang terlihat tak berhujung

Berangkat dari kota kelahiran

Menuju al maqdis

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler