Skip to Content

Puisi Turhang

Persecuted in the Vastness of Introspection

Standing in between the walls of the abstract

Eyes sliced with the glare of light in

Cruel smokes from stomach ashtray

Entering the imagination gap that still a virgin

Aku dan dia (13 November)

Pertama ku bertemu, aku acuh ‘tak acuh
Rupanya pemalu, tak begitu menarik
Aku baru saja tahu keberadaanya
Dengan melempar sedikit lirik

Antara Bukti dan Palu Berbunyi

Bukti :

Gertakan diiringi nada tinggi nan lembut,

Berhiaskan jubah penghormatan serta raungan,

Lemak-Lemak Bahagia

Betapa hangat hidup dengan lemak di perut

Betapa indahnya ‘tak pernah merasa lapar

Betapa miris ongkos pajak jadi lemak dengan cara dibajak

Dilarang Gondrong!

Adalah sumur karya, tanpa pesawat terbang tinggi

Nelayan dengan jaringnya hanya dapat ikan mati

Hayal menebar bagai jaring tadi ‘tuk melukis syair ini

Sayap Bersisik

Selamat siang matahari

Selamat datang sinarmu yang menyebalkan itu

Melupakannya !

Legenda cerdas menentang emosi dengan nalar,

bersembunyi misi besar

maha guru, pemikir lincah, peran berlimpah

terus diburu dan tak tentu rimbanya,

 

Layarku, Pola Pikirku

di mana aku duduk . . .

di situ dia berbicara . . .

tentang ini-itu dan berita-berita?

ketika aku mengangguk . . .

langsung dia membawa . . .

Kotak Amplop Nan Setia

Pada saatnya aku tiba di sini

 

Menyapa, dan selalu tampak nyata

 

 

Dear September,

And here we stand to watch the theatrical life

That completely dark to be touched by heart

There’s no home for sincerity to survive

We screamed on the equator so hard

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler