Skip to Content

(seperti) puisi

Tangisan Terakhir

Di persimpangan ini engkaulah penunjuk arahku

Namun penglihatanku mulai kabur

Mataku kini telah buram dengan debu kebisingan zaman

 

Tirani Asu

Siapa?  

Potret diri yang kau lukis dengan tinta sebagai penyiksa? 

Siapa? 

Sketsa wajah yang kau toreh dengan lumpur panas di atas kanvas

manuskrip

Aku tak gemetar, Untuk tindak-tanduk bagaimana luka itu mulai kautancapkan. Aku tak gemetar, Menatap tajam mata iblis bajingan

PENAKU

Aku hanya merapalkan kisah
Walau tak sampai mulut berbusa
Hanya liukan jemari
Menulis kalimat yg berserak
Puji atau caci
Hanyalah luapan emosi
Mereka yang peduli

SI MAGO-MAGO TARIDA

desember di halaman

sebatang pohon meliuk-liuk dipermainkan angin

kepalsuan diri

Aku bagai langit tak berwarna

hilang disekam badai

Aku bagai malam tanpa bulan

kegelapan mencari langkah

 

Hati tumpuan arah hidup

Disaat Langit Tertutup Mendung

Langit biru nan syahdu.

Menuntun kalbu dalam ruang rindu.

gelapnya hati yang tak kunjung terang.

tetap gelap diliputi angan.

 

hati....

Mimpi Indahku

Ku melangkah jauh diatas awan

agar ku dapat melihat masa depan

ingin ku menggapai angan-angan

walau harus melalui rintangan

 

Aku Jemput Kau

Engkau yang diam-diam datang

dijamu pagi,

tersenyum menguak hijab

dan semakin kau lekat di wajahku,

aku lekat di wajahmu,

itu sudah pasti.

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler